Rumah Tulisan

Untuk pertama kalinya, Bali Blogger Community (BBC) ikut berdemonstrasi di dunia nyata. Selama ini kami lebih banyak bersuara di dunia maya. Karena itulah, bagiku, aksi ini menarik untuk dicatat. Sebab inilah pengalaman pertama kami, sebagai sebuah komunitas, ikut demo.

Kamis (11/6) BBC ikut serta dalam aksi solidaritas untuk Prita Mulyasari, ibu rumah tangga yang didakwa melakukan pencemaran nama baik gara-gara mengirim email keluhan terhadap layanan rumah sakit. Prita didakwa dengan Undang-undang (UU) No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal 27 ayat (3) dengan tuduhan pencemaran nama baik. Dia terancam kurungan penjara enam tahun dan denda hingga Rp 1 milyar.

Kasus Prita ini jadi semacam pembuka kotak pandora, memperlihatkan banyaknya ancaman di balik UU ITE. UU yang disahkan April tahun lalu ini semula jarang dibahas. Namun setelah ada korban bernama Prita barulah kemudian jadi makanan sehari-hari oleh media. Berbagai kalangan pendukung kebebasan berekspresi pun kemudian bersikap. Begitu pula aktivis, jurnalis, dan blogger yang mengadakan aksi solidaritas.

Aksi hari ini diadakan oleh Aliansi Kebebasan Informasi Publik yang dikoordinir Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar untuk menuntut dihapuskannya pasal pencemaran nama baik di UU ITE. BBC masuk dalam aliansi tersebut meski lebih bersifat sementara untuk aksi saja. Ya ini kan aliansi taktis juga, bukan permanen.

BBC berada satu barisan dengan teman-teman yang sudah terbiasa demo seperti wartawan, aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan mahasiswa. Kami beraksi di Pengadilan Negeri (PN) Denpasar. Pada saat yang sama, Prita sedang diadili di PN Tangerang. Aksi ini adalah dukungan untuk Prita sekaligus tuntutan agar pasal-pasal karet yang rentan menjerat

Di antara sekitar 40 peserta aksi, ada pula wajah-wajah blogger. Saylow, Gus Tulank, Chris, dan Arif. Ada pula teman jurnalis dan aktivis yang juga blogger seperti Ancak, Gentry, Wasti, dan Ervi.

Bagiku inilah yang keren dari aksi hari ini. Bagaimana para blogger akhirnya mau turun ke jalan. Soalnya, mereka kan biasa lebih banyak bergiat di dunia maya. Biasanya blogger lebih memilih jalan niskala. Kali ini menampakkan diri. Hehe..

Memang sih tidak banyak yang terlibat. Masih dalam hitungan jari. Namun yang tidak ikut juga punya alasan, mereka rata-rata pekerja kantoran. Toh sebagian teman bloggeer sudah rela nglembur ria untuk membuat spanduk. Bowo, Yanuar, Arie, Tulank yang membuat teks tersebut. Lalu Hendro dan teman-teman di Bali Orange mendesain dan mencetak spanduk itu. Gus Tulank bercerita dia dan Bowo harus nglembur sampai jam 2an untuk menunggu spanduk aksi itu dicetak.

Jadilah spanduk panjang itu yang dibawa pada aksi hari ini. Tulisannya, Cabut Pasal Pencemaran Nama Baik!! Tolak UU ITE Pasal 27 ayat 3!!.

Ini kemajuan menurutku. Biasanya blogger cenderung apatis pada isu-isu politis, misalnya UU ITE. Aku inget pas kami bikin diskusi UU ITE April tahun lalu, sebagian teman kami sendiri agak enggan kalau nama BBC disebut-sebut sebagai pihak yang menuntut agar UU ITE ini direvisi. Di mailing list BBC sampai terjadi perdebatan panas soal ini.

Tapi pada saat itu seorang teman sudah menduga. Warga negara, termasuk blogger, baru akan sadar terancam kalau sudah ada yang jadi tumbal. Maka diam-diam aku bersyukur juga ada korban UU ITE bernama Prita. Kalau tidak ada korban, belum tentu  para blogger, akan sadar bahwa UU ITE memang sebuah alat menjerat kebebasan mereka di dunia maya.

Munculnya kasus Prita, menurutku, menjadi pemicu kesadaran politis para blogger. Bahwa sebagai warga negara, mereka juga akan kena dampak kebijakan di negara ini. UU ITE hanya salah satunya. Kalau sebelumnya cenderung apatis dan apolitis, maka mau tidak mau para blogger kini juga harus kritis pada persoalan kebijakan. Sebab nyatanya toh blogger juga akan kena dampaknya.

Aksi hari ini membuktikan bahwa kesadaran politis blogger itu tak hanya di dunia maya..