Suara Mengaji di Cafe Senggigi

2 , , , , Permalink 0

Berkunjung ke Senggigi, kawasan wisata paling tersohor di Lombok, pada bulan Puasa ternyata memiliki keunikan tersendiri. Suara orang tadarus di antara dentuman musik cafe atau lalu lalang orang usai tarawih di depan turis-turis menenggak bir jadi hal lumrah. Bagiku, kebersamaan dua sisi yang sering kali diposisikan berseberangan itu, adalah hal unik.

Kenikmatan duniawi, yang bagi sebagian orang adalah terlarang, nyatanya bisa berdampingan dengan kenikmatan rohani, yang bagi sebagian orang lain adalah ilusi.

Continue Reading…

Ritualistic battle honors the ancestors

1 , , , Permalink 0

Anton Muhajir, Contributor, Tenganan | Thu, 06/18/2009 1:19 PM |  Surfing Bali

With a tiny safety pin, 13-year-old Kadek Juliantara picked the sharp thorns out of the scratches carved into the shoulder of his best friend, 12-year-old Kadek Anjasmara. He did it with carefully, gently, so as not to cause any pain.

Yet these same wounds were inflicted by none other than Juliantara himself during the Perang Pandan battle held earlier in the morning. As always, best friends Juliantara and Anjasmara took opposite sides in the annual event.

As Juliantara carefully cleaned Anjasmara’s wounds, the other Tenganan youths gathered nearby amused themselves by teasing 8-year-old Bagus Saptana. Saptana looked a bit nervous: It would be his first time participating in the fight, known locally as mageret pandan or makare-kare. Naturally, the prospect of hurting his opponent or being hurt had shaken the boy up a little bit. And the older kids weren’t going to miss a chance to frighten the boy a bit more.

Continue Reading…

Bersimbah Darah Menghormati Leluhur

3 , Permalink 0

Untuk pertama kalinya aku nonton Perang Pandan di Tenganan Pegeringsingan Rabu, tiga hari lalu. Ternyata asik juga. Sayangnya sih aku tidak bisa nonton dari awal sampai selesai. Hanya sekitar tiga jam di sana.

Tapi tidak apalah. Lumayan juga kok buat foto-foto sisi lain dari perang tiap tahun ini. Ini sebagian di antara foto-foto itu..

Peralatan perang pandan terdiri dari satu ikat daun pandan dan tameng terbuat dari anyaman daun ata.

Continue Reading…

Mengagumi Batu Megalit Desa Bena

1 , , , , Permalink 0

Batu Megalit Bena

Upacara dan pesta adalah hal tak terpisahkan dari ritual leluhur kita, Indonesia. Misalnya di Bali. Galungan, yang adalah ritual upacara agama Hindu Bali, bagiku adalah juga pesta. Selain makanan berlimpah di rumah masing-masing, upakara yang diberikan adalah juga simbol dari pesta. Penjor, semacam umbul-umbul, dipenuhi dengan aneka hasil bumi: buah, bunga, dan umbi-umbian.

Begitu pula di Desa Bena, Kecamatan Jerubu’u, Kabupaten Ngada, Flores yang aku kunjungi pekan lalu. Tata desa tua yang berumur sekitar 300 tahun ini pun sepertinya memang dibuat untuk memenuhi kebutuhan pesta dan upacara tersebut.

Continue Reading…

Perjalanan Menyenangkan ke Nusa Lembongan

31 , , , , Permalink 0

Sampai hampir pukul 7.30 Wita, mobil pick up yang kami pesan tak juga datang menjemput ke rumah. Padahal semalam sebelumnya kami sudah bilang ke pemilik pick up, tetangga kami di jalan Subak Dalem di pinggiran Denpasar Utara, untuk datang menjemput pukul 7 pagi.

Kami harus berangkat awal karena harus mengambil papan petunjuk jalan yang akan dibawa ke Nusa Lembongan juga jemput bapak ibu yang akan ikut ke sana untuk sembahyang sekalian jalan-jalan. Apalagi Bunda juga harus beli tiket untuk teman-teman yang akan ikut ke pulau seberang tersebut. Jadi harus berangkat lebih awal.

Continue Reading…

Merayakan Setelah Kematian Datang

6 , , , , Permalink 0

Sudah tengah malam. Namun suara orang menyanyi diiringi gitar masih terdengar di gangku. Tumben saja sih. Sudah lama aku tidak mendengar suara orang gaduh di tengah malam. Tapi sudah beberapa malam ini suara-suara orang bernyanyi itu terdengar sampai larut malam.

Suara nyanyian itu datang dari orang-orang yang lagi duduk-duduk di depan gang kecil ke rumah Gede, salah satu tetanggaku. Kemarin kakek Gede yang sudah uzur banget meninggal. Tidak ada tangisan. Mungkin juga karena umur si kakek yang sudah tua dan sakit cukup lama.

Continue Reading…

Kupatan, Naik Gunung Sambil Bermaafan

4 , , , , Permalink 0

Bulan Syawal masih tersisa 15 hari lagi. Jadi masih bolehlah kalau menulis soal lebaran. Kali ini tentang kupatan, tradisi merayakan lebaran seminggu setelah hari H. Aku tidak tahu jelas apakah tradisi kupatan ini hanya ada di Jawa Timur, Jawa, atau semua orang Indonesia yang merayakan Lebaran.

Sebatas yang aku tahu sih tidak ada tradisi kupatan di Bali. Di Jakarta juga tidak ada. Padahal di Mencorek, kampung halamanku di pesisir utara Lamongan, Jawa Timur, kupatan selalu jadi pelengkap lebaran. Bagi anak-anak, kupatan malah lebih meriah dibanding lebaran itu sendiri.

Continue Reading…

Muslim village, Balinese culture

0 , , , , Permalink 0

Anton Muhajir, Contributor, Buleleng | Thu, 09/25/2008 1:07 PM | Surfing Bali

Night descended slowly on Pegayaman, a village nestled in a hilly region in the southern part of Buleleng. The quiet ambience was gradually filled with the noise of people getting ready to break their fast.

Groups of children walked along the village’s dusty main road. In their hands were plastic bags filled with cakes and fruits. They chatted animatedly as they delivered the plastic bags to the homes of their relatives and neighbors.

Continue Reading…

'Nyenggol' tradition enlivens Ramadhan at Pegayaman

5 , , , , Permalink 0

Anton Muhajir, Contributor, Buleleng | Sat, 09/20/2008 11:36 AM | Bali

After breaking fast and conducting evening prayer, Nyoman Alvin Gautama, 7, and his sister Made Eva Nadya, 12, hurriedly left their house, carrying with them their precious merchandise.

It was a large sheet of white paper upon which the two kids had fastened various candies, crackers, sachets of instant powdered drinks — things that children would love to get their hands on.

Continue Reading…