Memenuhi undangan seorang teman, aku, Bunda, dan Bani pun mencoba satu restoran baru di jalan Dewi Madri Renon. Jumat malam lalu, kami pun ke sana dengan perut keroncongan. Pokoknya sudah siap tempurlah..
Suasana restoran yang baru buka sekitar seminggu ini asik. Semua warna bantal dan sandaran kursi yang merah ngejreng mengingatkanku pada restoran Rosso Vivo, yang kemudian diikuti resto sebelahnya, Ocean Beach di jalan raya Pantai Kuta. Dua resto ini tak hanya menawarkan makanan dan minuman tapi juga suasana.
Menurutku, restoran baru di kawasan Renon ini juga punya nuansa yang sama. Bentuk meja kursi yang pendek-pendek dengan musik yang terus mengalun membuat suasana di dua resto di Kuta itu lumayan terasa di sini kecuali… pantai.
Dari sisi suasana, resto baru ini lumayan asik. Tempatnya santai. Lokasinya juga strategis. Aku lihat harga makanan masih bersaing. Tidak terlalu mahal meski juga tidak masuk ukuran murah. Harga menu berkisar antara Rp 7000 untuk sup sampai Rp 20.000 untuk steak. Yah, relatif terjangkaulah.
Dengan pertimbangan lokasi, suasana, dan harga, bagiku restoran ini layak jadi salah satu tempat bersantap atau sekadar bersantai. Apalagi di tempat ini juga ada free wifi meski pada malam itu belum bisa dipakai dan kalau toh bisa tak akan lebih dari lamanya baterai bertahan. Mohon maklum, pemilik resto ini memang tidak menyediakan colokan.
Karena perut sudah keroncongan, kami segera pesan. Melihat menu yang disajikan, aku ngiler melihat foto menu Cumi Panggang. Aku belum pernah makan menu ini sebelumnya. Sebagai penggemar seafood sekaligus pemburu makanan, aku ngiler membayangkan nikmatnya menu ini. Aku dengan yakin memesannya pada pelayan.
Teman-teman lain yang kemudian datang pesan menu berbeda-beda. Bunda pesan sup sosis kacang dan mix omelet. Teman lain ada yang pesan ayam lada hitam, fish and chip, cheese omelet, dan tom yam.
Kami menunggu agak lama. Mungkin 30 menit lamanya. Karena perut keroncongan, waktu segitu bagiku sudah terasa sangat lama. Semua merasakan hal yang sama: pelayanan di resto ini memang lama. Lalu, satu per satu makanan pun tiba.
Cuma kok pesananku, cumi panggang yang menggiurkan itu, tak kunjung tiba. Aku sih positif thinking saja. Mungkin karena ini menu istimewa, jadi perlu waktu lama untuk memasaknya.
Sekitar 15 menit kemudian, ketika semua pesanan teman-teman sudah tiba, aku tanya ke pelayan. Sekadar mengingatkan bahwa pesananku belum datang. Dia menjawab singkat, “Ya, Pak. Saya cek dulu ya..”
Oke. Aku pun menunggu.
Waktu terus berlalu. Bahkan teman yang datang paling belakang pun akhirnya pesanannya tiba. Tapi kok cumiku tak juga tiba. Bunda kemudian mengingatkan pelayanan. Temanku juga sampai menuju kasir dan ngasih tahu tentang pesanan yang tak juga datang.
Tapi begitulah. Cumi panggang itu masih hanya dalam pikiran. Lembut dan gurihnya hanya di otak, bukan di lidah. Aku kemudian tanya lagi ke pelayan. Dia menjawab tidak jelas.
Hingga setelah 1,5 jam menunggu dan teman-teman sudah selesai makan, aku pun beranjak meninggalkan meja kursi dengan sakit hati. Kenapa cumi panggang pesananku tak juga datang. Cumi panggang itu sepertinya cuma mimpi..
Ketika di kasir, aku komplain tentang cumi yak juga datang itu. Dia menjawab santai. “Di catatan saya tidak ada pesanan cumi. Makanya saya heran ketika bapaknya tanya ke saya soal cumi..”
Aku bilang kalau aku sudah pesan. Teman-teman lain mengiyakan. Lha wong aku memang pesan bersama. Tapi pelayan yang tadi melayani pesanan masih juga ngeles. “Tadi saya sudah cek lagi, memang tidak ada yang pesan cumi,” katanya.
Aduh, parahlah sudah. Resto yang asik ini ternyata payah di pelayanan. Sudah mereka tidak melayani dengan baik, eh, malah menyalahkan pembeli. Sebagai pihak penyedia jasa, mereka harusnya lebih peduli pada komplain dari pelanggan.
Baiklah anggap saja aku memang tidak memesan cumi. Ini salahku. Tapi aku kan sudah lebih dari tiga kali bertanya kenapa cumi itu tak juga datang. Lha ketika aku bertanya kenapa pelayannya tidak datang lalu bilang sejak awal kalau cumi panggang itu tidak ada di pesanan. Kan aku bisa pesan kemudian. Jadi anggap saja itu pesanan yang datang belakangan.
Ini ternyata tidak. Sudah mereka tidak melayani, eh, malah menyalahkan pembeli. Payah!!
August 2, 2009
Hwaa bikin mangkel jg ya pak diperlakukan spt itu. Menunya sih asyik bgt -Cumi, salah satu jenis seafood faveku jg tuh, tp bad service gt bikin ilang selera makan dong…
Jadi ga bs direkomen nama restonya ya pak?…
August 2, 2009
hahahahahahaha………
besok2 bawa cumi sendiri dari rumah!
August 2, 2009
duh kacian…. hehehe
mungkin pemilik resto itu lagi ga butuh uang sir, jadi mereka anggap pembeli yang berkepentingan, bukan penjual, hahaha…
August 2, 2009
wah laporin aja ke media konsumen biar di blacklist tuh resto
August 3, 2009
Sesuai dengan pesanan nya, CUMI. Pas banget rasa dan aroma nya, membikin selera makan hilang. 😯
August 3, 2009
Mungkin lain kali perlu bawa cumi mentah sendiri, biar mereka yang masakin, dijamin dah mereka ga bakal lupa 🙂
August 4, 2009
Ah, iya nok! Aku baru inget ada undangan ke sana. Maaf Ton, lupa..
Mestinya kamu photo pelayannya itu. Pasang di blog.. :p
August 4, 2009
hahaha….kasus yang sama…kejadiannya di Batubulan sebuah tempat makan, ga mewah sih biasa aja…waktu itu mesen 3 nasi goreng…hampir sejam lebih nunggu, pesanannya belum datang…malahan yang dateng belakangan yg dapat duluan…terus saya komplain,katanya “habis yang mesen banyak sih, jadi bingung siapa yang pesen duluan mana yang belakangan…”…itulah hari terakhir aku makan nasgor disana… sory curhat..
August 8, 2009
Hehehehhe… sabar, Bli…
Perihal seperti itu umum dan sering terjadi di Liberia.. namun untuk uuran Bali yang saudah sangat maju, sepertinya patut diprotes ya.. semoga kunjungan santap berikutnya tidak seperti ini ya.. salam hangat dari afrika barat..