Daripada malas tidak jelas, aku nulis sesuatu yang beda saja. Kali otakku perlu peralihan sebentar dari soal perjalanan ke Flores dan Jawa seminggu penuh kemarin. Maka, kali ini aku nulis soal standar ngeblog saja. Ini juga pikiran sudah lama. Tapi karena si tukang malas ini tidak nemu mood untuk nulis, jadi ya tertunda terus.
Mood untuk nulis soal standar ngeblog itu tiba-tiba muncul pas aku blogwalking ke beberapa semeton belogger. Membaca blog orang lain selalu memunculkan ide atau sesuatu untuk ditulis. Blowalking memang salah satu cara untuk mencari inspirasi. Jadi kalau ada orang bingung mesti menulis soal apa, tentu saja aneh bagiku. Kan bisa saja dia nulis soal kebingungan dia. Tidak ada informasi bisa jadi informasi itu sendiri. *Nah kan nglantur maneh?*
Biar tidak nglantur kebablasan sampai umur uzur (ini maksa biar rimanya ketemu. hehehe) maka, aku nulis saja. Aku membandingkan blogging dengan apa yang aku tau dalam jurnalisme. Blogging dan jurnalisme sangat dekat. Jurnalisme toh juga lahir dari kebiasaan orang untuk mencatat sesuatu, seperti juga blogging. Bedanya, jurnalisme terikat oleh tetek bengek. Misalnya kelayakan berita, kelengkapan berita, hingga kode etik. Ya, ini jurnalisme umum saja. Misalnya koran harian, TV, radio, dan semacamnya.
Kelayakan berita dalam jurnalisme itu misalnya kepentingan publik, ketenaran, keunikan, kemanusiaan, dan seterusnya. Kepentingan publik ya sangat jelas. Misalnya koran tentu akan memilih nulis soal kenaikan harga tempe dibanding kenaikan kelas tetangganya. Meski sama-sama naik, tapi kenaikan harga tempe kan lebih besar dibanding kenaikan kelas murid sekolah. Lalu ketenaran itu ditentukan oleh ya ketenaran alias popularitas. Kalau Joker, kakak iparku, mandi melalung alias telanjang bulat di kali yang tidak akan ada yang peduli. Lha coba SBY mandi di kali, meski tidak buka baju sama sekali. Wah, pasti jadi headline di semua koran. Apalagi di kali Porong Sidoarjo yang dirusak menterinya itu. Hehehe..
Kelayakan berita yang lain ya ada keunikan, kemanusiaan, dan seterusnya itu. Kalau disebut satu per satu jadinya kayak nulis materi pelatihan jurnalistik. Kapan-kapan saja bikin artikel khusus soal ini. Dan, tentu saja, kalau mood. Hehehe..
Lalu kelengkapan berita dalam jurnalisme itu ada yang disebut 5W1H. Kata Pak Darma Putra, dosen Sastra di Universitas Udayana sekaligus mentor jurnalisme dan wartawan, ini artinya lima wanita satu hamil. *Ayo ngakak*. Bukan. 5W dan 1 H itu what, who, where, when, why, dan how. Jadi kalau nulis berita itu harus lengkap enam hal tersebut. Kejadian apa di mana kapan melibatkan siapa kenapa dan bagaimana kejadiannya. Kurang lebih begitulah.
Di luar itu ada juga etika penulisan ataupun etika profesi. Misalnya harus berimbang, tidak fitnah, dan seterusnya. Oya, standar-standar ini juga lebih banyak berlaku untuk media mainstream atau media umum. Juga media baik-baik. Kan sudah banyak media di Bali yang bisa dibeli beritanya sekarang. Jadi standar kelayakan berita juga bisa berubah dengan elemen duit. Siapa kaya bisa jadi sumber berita. Hahaha..
Nah, nyambung ke soal blogging sekarang. Kadang-kadang aku tuh gemes juga baca tulisan blog orang yang kurang jelas kelengkapannya. Di otakku lalu muncul pertanyaan kenapa sih dia kok tidak nulis dengan standar tertentu. But, ketika aku baca blogku, ternyata ya patuh dogen alias sami mawon. Aku pun seringkali tidak peduli pada standar penulisan. Dan, dengan otak pas-pasan alias pas bagus pinter pas jelek goblog, maka aku makin yakin bahwa blog ya memang lahir untuk melawan elitisme media itu. Juga melawan keangkuhan standar jurnalisme.
Kalau berharap media nulis soal kemalasanku ya impossible. Meski aku bayar wartawan Rp 1 juta untuk nulis tapi kalau isinya hanya aku ngasih ke orang lain bahwa aku lagi males, ya modar wae. Tapi di blog kan aku bisa nulis suka-suka aku. Begitu pula soal kelengkapan tulisan. Tidak usah peduli dengan wanita-wanita hamil, eh 5W1H, untuk menulis di blog. Mau satu kata kek, mau satu kalimat kek, mau satu paragraf kek ya suka-suka yang nulis. Kalau tidak mau baca ya tidak usah baca. Kalau tidak suka, tidak usah baca. Kalau tidak suka dengan isi tulisannya bisa kasih komentar di sana.
Sebab inilah gunanya blog. Tidak perlu aturan tetek bengek ketika ngeblog. Dia sangat demokratis.
January 26, 2008
wah dari males sampe akhirnya posting juga dirimu hehehe…
January 26, 2008
klo saya sih tidak mikir juga aturan2 itu, yah paling2 mikir 3 titik aja, pembuka, isi dan penutup/kesimpulan 🙂
January 27, 2008
Aturan ngeblog hanya bisa diatur oleh si Matt gendeng bila menggunakan wordpress.com. Sedangkan yang menggunakan ‘rumah sendiri’ bisa nulis seenaknya, bahkan bisa nulis SBY menghamili pembantunya. Hueheheheeh 🙂
January 27, 2008
setuju !! hehehe….
(kalo komen boleh suka-suka juga ga? walaupun cuman satu kata aja.. :D)
salam…
January 27, 2008
hidup blogger….
*semangat 45
January 27, 2008
Klo mikirin 5W1H, bisa-bisa saya ga jadi ngeblog deh….habis bingung mo nulis apa….hehe…
January 27, 2008
Ngeblog karena otak ga nampung isi pikiran! hehehe… Kalo ditambah aturan2 penulisan ya susah juga bli. Tapi kalo untuk tulisan2 tertentu sih perlu juga ikut aturan, untuk menambah keakuratan! hehehe…
January 27, 2008
@ sherly: ya, gara2 baca blogmu jg. 🙂
@ devari: jangan lupa judul jg. 🙂
@ imcw: hah, SBY menghamili pembantunya? pembantu yg siapa? hahaha..
@ dipoetra: tidak setujuuuuu.. *kalo jawab beda boleh juga kan?* 😀
@ wira: hidup pak dosen. mati pak harto!
@ eka: ya nulis saja bingung gara2 banyak aturan. 🙂
@ imsuryawan: tp jangan lupa kasi tau lokasi ya. 🙂
January 28, 2008
blogging itu apa seh mas.??
kok rasanya disekolah tadi pak guru bilang aku belog.
ada hubungannya yaa mas.??
*amnesia*
January 28, 2008
bagemana mungkin kau bisa menulis sebagus ini low? sedangkan untuk membaca saja kamu sulit huehehehe
January 28, 2008
Kalau blog dengan aturan namanya belog bli…
Blog kamus itu artinya..suka-suka..he.he..asal!!!
February 4, 2008
Teman saya yang lagi minum Wine berkata, “Kereneng Jalan Terus, Orang Seneng Jangan Diurus”.
Happy blogging…..
Sapteka,
http://www.sapteka.net