Kita memang tidak bisa hidup nyaman tanpa aturan. Awalnya aku pikir kedewasaan sebuah kelompok tidak dinilai dari banyaknya aturan pada kelompok itu namun pada bagaimana anggota kelompok saling menghormati satu sama lain. But, then, itu tetep perlu sebuah aturan meski aturan itu tidak tertulis.
Ini pula yang aku pelajari di mailing list (milis) Bali Blogger Community (BBC).
Ketika membuat milis ini, aku hanya berpikir untuk membuat tempat blogger Bali bisa saling kenal. Ide bikin milis ini muncul dari Dewi dan Prima pas kami ketemuan pertama kali. Bolehlah aku sebut kopdar pertama ini sebagai cikal bakal berdirinya BBC. Sebab dari kopdar bareng Kang Ayip juga ini lalu muncul ide bikin mailing list dan agregator untuk blogger Bali.
Adanya milis ini memang memudahkan sesama blogger Bali untuk ngobrol. Pada awalnya sih dengan cara ngundang satu per satu. Tapi setelah itu, aku mulai jarang kirim undangan. Sebab makin banyak blogger yang daftar dengan sendirinya. Saat ini, anggota milis ada 145 orang dan hampir tiap hari selalu bertambah.
Namun, makin banyak orang memang makin banyak persoalan. Dari semula hanya sepi jali lalu jadi makin rame diskusinya. Gaya diskusinya juga begitu. Dari hanya sekadar say hallo, basa-basi, jadi diskusi yang rame, hangat, bahkan sampe panas. Isunya pun sangat beragam. Dari semula soal kenalan, blogging, teknologi informasi (TI), Bali, lalu merambat ke politik, lingkungan, kesehatan, dan aneka rupa lain. Bisa dimaklumi. Anggota BBC kan sangat beragam latar belakangnya. Ada dokter, pegawai negeri, jurnalis, ahli TI, pekerja pariwisata, aktivis, ibu rumah tangga, desainer, mahasiswa S1 sampai yang lagi nempuh PhD, dst. Maka wajar kalau isunya pun sangat beragam.
Pada titik ini aku tetap berpikir bahwa milis ini tidak perlu ada aturan, tidak perlu ada moderator, tidak perlu ada ban, dst. Kalau ada satu kali dua diskusi yang tidak nyambung dengan isu utama seperti blogging, TI, atau Bali ya gapapa. Tiap orang bebas ngomong apa saja. Batasannya bagiku hanya satu, tidak nyerang secara pribadi pada teman yang lain. Silakan lawan pendapat dengan pendapat.
βAturan tidak tertulisβ ini beberapa kali aku sampaikan ke milis ataupun ke beberapa anggota milis yang keberatan soal isi milis yang dianggap melenceng dari topik utama. Pembenaranku hanya satu, tiap orang bebas ngomong apa saja asal tidak merendahkan orang lain secara pribadi. Maunya aku juga sebenarnya bebas ngomong soal SARA, sesuatu yang sudah kadung ditabukan pada masa Orde Baru. Tapi karena ini diskusi yang tetap sensitif, jadi ya sebaiknya tidak usah saja. Apalagi kalau sampai cenderung merendahkan pihak lain.
But, well, selalu ada cacat di balik apa pun. Begitu juga dengan aturan yang menurutku sudah sangat longgar ini. Masih ada beberapa anggota milis yang keberatan dengan isi posting yang melenceng jauh atau berdiskusi panas.
Puncaknya adalah minggu ini. Posting soal aborsi, dengan attachment foto-foto sangat memuakkan bagiku, masuk juga di milis. Isinya soal agar penerima imel mendukung gerakan anti-aborsi lalu meneruskan pesan itu. Bukan pesan email yang membuatku sebel, tapi gambar itu. Maka aku bilang saja agar si pengirim tidak usah lagi kirim gambar yang menjijikkan begitu. Sedangkan soal bahan diskusinya itu, aku sendiri tidak berkomentar banyak. Aku hanya bilang kalau itu masih jadi diskusi tidak berkesudahan antara kelompok liberal dengan konservatif, antara kelompok pro live dengan pro choice.
Ternyata bukan hanya aku yang keberatan. Beberapa anggota milis juga protes soal gambar di imel soal aborsi itu. Ada yang menganggap sebagai hoax, ada yang bilang sebaiknya email tidak mengizinkan attachment. βKeberatanβ ini mengingatkanku pada beberapa masukan sebelumnya soal perlunya aturan milis.
Buntut dari posting imel soal aborsi ini juga panjang. Diskusi bukan lagi pada isu aborsi, tapi mulai nyerang secara pribadi dengan bahasa-bahasa kasar. Ini mengingatkanku pada diskusi panas sebelumnya soal Soeharto yang juga nyeret-nyeret leluhur, nenek moyang, sampai hal-hal pribadi lainnya.
Maka, aku memang tidak perlu diperingatkan lagi. Sepertinya mailing list ini memang harus dibuatkan aturan. Sebab, ternyata tidak semua orang memang sedewasa apa yang aku duga. Masih saja ada orang-orang yang suka menyerang pribadi orang lain dengan seenaknya. Karena itulah kita perlu sebuah aturan. Bukan untuk mengekang orang berpendapat, tapi untuk membuat banyak orang lain agar lebih nyaman berada di dalamnya.
Leave a Reply