Di antara sekian isu yang menarik pada Focus Group Discussion (FGD) pagi ini adalah diskusi soal media. FGD untuk mencari Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) itu diadakan Bappenas, UNDP, dan JPPR. Tujuannya kurang lebih untuk mencari tahu seberapa demokratiskah Bali dibanding provinsi lain. Aku membantu jadi moderator. Eh, bukan membantu ding. Dibayar. 😀
Ada tiga aspek untuk mengukur IDI ini. 1) Kebebasan Sipil, 2) Political Right, dan 3) Democratic Institution. Tiap aspek punya beberapa variabel dan tiap variabel pun punya indikator. Pada aspek Democratic Institution misalnya ada variabel independensi media terhadap pemerintah daerah.
Variabel ini melengkapi lima variabel lain seperti peran DPRD, Pemilu yang Bebas dan Adil, Peradilan yang Independen, Peran Partai Politik, dan Peran Birokrasi.
Dimasukkan independensi media, bisa jadi karena bagaimana pun, media massa adalah salah satu alat kontrol kekuasaan. But, sayangnya, kontrol itu makin hilang R-nya. 😀 Maka, tidak usah terlalu berharap pada media sebagai alat kontrol terhadap kekuasaan itu.
Dua peserta dari wartawan, ditambah satu mantan wartawan yang hadir mewakili aktivis anti korupsi menguatkan pesan itu. Begitu pula peserta dari Pemkot, PGRI, anggota KPI, aktivis perempuan, pengurus Parpol, dan seterusnya.
Makin lemahnya kontrol media terhadap kekuasaan pemerintah itu karena media sekarang bisa dibayar untuk memberitakan sesuatu. Apalagi menjelang Pilgub seperti saat ini. Waah, hampir semua media di Bali hanya sibuk mencari iklan bukan cari berita. Iklan sih tidak dilarang. Masalahnya justru karena iklan itu tidak disebut sebagai iklan tapi dicampur aduk dengan berita.
Praktik ini ya melanggar etika. Begitu kata salah satu wartawan senior yang datang. Tapi ya kemudian tahu sama tahu. Sama-sama enak. Media dapat duit. Narasumber tidak takut dikritik. Tidak enaknya ya di pembaca. Mereka tertipu tanpa mereka tahu.
“Aku malah baru tahu kalau berita bertanda bintang itu iklan,” kata salah satu peserta dari kalangan LSM.
Aku hanya bilang, “Ah, kasihan deh, Lu!”
Leave a Reply