Satu per Satu Mereka Berlalu…

3 No tags Permalink 0



“Temen-temen seangkatanku udah pada nggak ada, Ton. Bulan ini dua orang lagi mati,” katanya padaku pagi tadi. Kami ketemu di Lapangan Puputan Badung, Denpasar setelah ikut jalan santai dalam rangka peringatan hari anti madat internasional. Teman itu bernama Yeni. Lebih pas sebenarnya kalau dia kakakku. Umurnya, perkiraaanku, 35 tahunan. Aku mengenalnya sekitar dua bulan lalu. Dia salah satu pemakai heroin dengan jarum suntik. Bahasa kerennya, injecting drug user (IDU). Saat itu aku butuh IDU untuk film dokumenter.

Yeni pakai heroin sejak 1994. Awalnya dia kaya, warisan dari bekas suaminya. “Aku punya mobil, rumah, dan banyak uang,” katanya. Lalu oleh seorang teman, dia dirayu untuk pakai heroin. Cerita klasik. Berawal dari cuma-cuma dan coba-coba. Lalau pada satu titik, dia tidak bisa menghentikan coba-coba itu. Dia mulai kecanduan dengan heroin. Dan dia tidak bisa dapat barang itu gratis. Satu per satu barangnya dijual. Tak ada lagi mobil, rumah, motor, dan barang mewah lain.

Setelah kenal, kami mulai sering ngobrol. Dia sering cerita bagaimana rasa sakitnya karena tidak pakai heroin. Juga bagaimana begitu besar keinginannya untuk berhenti. Saat ini dia ikut terapi methadone. Pelan-pelan dia mulai bisa mengurangi dosis pemakaian. Meski kadang masih juga nyuntik.

Lalu tadi pagi kami ketemu lagi. Aku godain karena dia habis baca Komitmen Anti-Narkoba. Dia baca empat poin komitmen. Dua komitmen pertama dia baca satu: pemakaian narkoba adalah tindak kriminal. satu -seharusnya dibaca dua-: bisa tertular HIV/AIDS. Tiga empat gak dia baca. “Aku lagi sakaw, Ton,” akunya. Lalu setelah itu dia cerita tentang dua temannya yang mati bulan ini.

“Mereka teman-teman terbaikku. Dari dulu aku sudah bilang agar mereka ikut terapi. Tapi mereka tetep aja nggak mau. Mereka tetep nyuntik dan pakai jarum suntik bareng. Sekarang mereka sudah gak ada lagi.”

Yeni cerita panjang. Tiba-tiba air mata meleleh di pipinya. Aku diam.

3 Comments
  • sitinesta
    June 14, 2005

    kehidupan penagih dadah memang menyedihkan. mereka itu seperti mayat hidup. sukar mahu membantu kecuali mereka itu sendiri yang mahu berubah. bangsaku ramai yang gugur bukan di medan perang tapi pada narkoba. sedih!

  • BintangkebaliK
    June 15, 2005

    dibawah temaram lampu, dintara lipstik yg menempel dikerah baju,
    kamp konsentrasi jiwa bergidik :
    ‘ku pilih neraka atau syurga ?

  • Andi
    June 16, 2005

    teruskan perjuangan untuk melawan HIV Aids

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *