Playboy Uncencored Version [Part 2]

0 No tags Permalink

Identitas dalam Semangkuk Bakso [Part 2]

Perubahan nama jadi Amir Ma’ruf seperti penanda perubahan nasib Paimin dan istrinya. Mereka mungkin bisa mewakili keberhasilan kaum urban di Bali. Paimin dan istrinya semula petani di desa kelahiran di dekat Taman Nasional Alas Purwo. Merasa tak akan berubah nasib karena bertani, mereka ke Bali bermodal nekat. Jualan bakso. Hasilnya kini mereka bisa beli rumah bahkan tanah. Ketika mereka memulai usaha 21 tahun lalu, Bali sedang menggeliat perlahan akibat booming pariwisata.

Bali memang jadi salah satu tujuan wisata utama dunia. Jumlah turis berkunjung ke Bali meningkat dari tahun ke tahun. Sebagai catatan, pada 1986, jumlah turis ke Bali sebanyak 243.000 orang. Hitungan ini berdasarkan data turis yang langsung datang (direct arrival) ke Bali, belum termasuk turis yang misalnya ke Yogyakarta atau ke Jakarta dulu. Jumlah itu jadi 1.030.000 pada 1994. Puncak kedatangan turis terjadi pada 2000 lalu yang hampir mencapai 1,5 juta turis asing dalam waktu setahun.

Dijadikannya pariwisata sebagai modal utama pembangunan berdampak positif pada ekonomi Bali. Tanpa kekayaan alam seperti tambang atau hutan, Bali sebelumnya bergantung pada pertanian. Namun pada 1990an, pendapatan dari sektor pariwisata telah melampaui pendapatan dari sektor pertanian.

Besarnya angka ini juga bisa dilihat dari banyaknya orang Bali yang bekerja di sektor pariwisata secara langsung. Katakanlah sebagai pegawai hotel, pemandu wisata, atau di travel agent. Atau bisa juga kerja yang tergantung pada pariwisata. Misalnya petani sayur atau peternak ayam yang memenuhi kebutuhan hotel dan restoran. Karena itu, Bali makin hari makin makmur meski juga ada ketidakmerataan antar daerah.

Ketidakmerataan ini disebabkan pariwisata memang berpusat pada daerah tertentu seperti Badung, Denpasar, dan Gianyar. Badung kaya karena punya hotel-hotel tersebar di Kuta dan Nusa Dua. Kesenjangan itu bisa dilihat juga, misalnya, dari pendapatan asli daerah (PAD). Pada 1998/1999 lalu misalnya PAD Badung sampai Rp 217 milyar. Bandingkan dengan Bangli. Besar PAD kabupaten yang masih mengandalkan sektor pertanian ini hanya Rp 2 milyar pada tahun yang sama.

Kesenjangan pendapatan ini berdampak pada berduyun-duyunnya kaum urban ke Badung atau Denpasar sebagai ibu kota provinsi. Tak hanya dari daerah lain di Bali seperti Karangasem, Jembrana, atau Buleleng, kaum urban itu juga datang dari provinsi lain, terutama Lombok dan Jawa. Pujiastuti dan suaminya termasuk salah satunya. [lanjut ke posting berikutnya]

***

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *