Anggap saja kalimat pertama itu perempuan penggoda.
Itu sih karena aku laki-laki. Lha masak aku membayangkannya sebagai laki-laki penggoda. Yang benar saja! 😉
Kalimat pertama setelah judul itu jadi kebiasaan baruku sekitar tiga bulan terakhir kalau nulis di blog. Kalau membuatnya dalam tulisan di media umum, dalam bentuk berita kisah ataupun berita langsung, sih, sudah dari dulu.
Tapi, kalau menggunakannya di blog, seingatku, baru mulai sejak April lalu. Itu pun tak selalu. Kadang-kadang lupa juga. Setidaknya, aku berusaha untuk meletakkan perempuan, eh, kalimat penggoda itu.
Dalam teori jurnalistik, kalimat pembuka itu disebut lead alias teras. Dia menghubungkan judul sebagai kepala tulisan dan isi sebagai tubuh tulisan. Ibarat leher, maka lead ini kira-kira lebih panjang dibanding judul (kepala) tapi jauh lebih kecil dibanding isi tulisan (tubuh).
Panjang lead kira-kira dua atau tiga kalimat. Lima belas kata menurutku, sudah terlalu panjang, apalagi kalau untuk tulisan ringan atau kisah, bukan berita langsung. Kalau aku sih lebih suka satu, atau, paling panjang dua kalimat.
Tujuan lead ini bisa untuk meringkas tulisan atau, ya, sebagai penggoda itu. Aku lagi senang mencoba menggunakannya untuk menggoda itu tadi. Menurutku, lead yang biasa digunakan di media mainstream ini bisa juga kita gunakan di blog.
Selain lead penggoda yang selama ini aku gunakan, banyak jenis lain yang biasa digunakan dalam sebuah lead. Ini sebagian jenis-jenis lead yang aku ingat.
Lead ringkasan dibuat sebagai sari pati dari keseluruhan isi. Misalnya, kita menulis ulasan produk yang baru diluncurkan. Meski banyak dipuja-puja, ternyata produk itu kita anggap tidak bagus. Maka, leadnya kurang lebih berisi informasi peluncuran dan cacat produk.
Celana kolor baru produksi PT Sarung Lungset yang dipuja-puja ternyata tak sebagus yang kukira.
Lead di atas mungkin cocok untuk mewakili ulasan kita tentang produk celana kolor produksi PT Sarung Lungset itu tadi. Jadi di sana sudah ada gambaran produk baru yang diluncurkan, siapa produsennya, bagaimana reaksi konsumen, dan apa penilaian kita terhadap produk itu.
Lead kontradiksi dipakai untuk mempertentangkan dua hal dalam satu kalimat. Misalnya kita mau nulis orang kaya super kikir sama tetangganya. Meski dia kaya seperti dewa ternyata dia tak pernah memberi bantuan sama tetangganya yang kere setengah mampus. Kita bisa pakai contoh lead di bawah ini.
Si Gatoloco membuang puluhan bungkus pizza sisa pestanya semalam ketika anak Tulkiyem menangis kelaparan.
Kalimat itu memberikan gambaran ironi. Ada si Gatoloco yang kaya raya dan rajin berpesta. Ada Tulkiyem yang saking miskinnya sampe tak bisa beli makan. Ironisnya, si Gatoloco ini tak peduli tetangganya yang kelaparan itu. Dia malah membuang sisa pizzanya. Ya, kurang lebih begitulah. 🙂
Tapi, sori. Contohnya mungkin terlalu dramatik. Biar keliatan sangar aja, sih. ;))
Lead kutipan akan menarik dipakai kalau kutipan si narasumber atau orang yang kita tulis memang kuat. Kutipan menarik ini kurang lebih berisi sesuatu yang emosional, berdampak, atau unik.
Sebagai contoh, kita mau cerita di blog tentang pertemuan dengan teman lama. Si teman ini sudah bolak-balik ke balian atau dukun untuk cari jodoh. Apa daya tujuh tahun berjuang dia tak juga menemukan jodohnya.
Lalu, dia berujar, “Sampai ujung bumi pun aku akan terus mencari!”
Wah, tentu saja itu kutipan yang sangat layak dijadikan lead. Tinggal setelah itu kita sambung dengan kalimat penjelas dalam konteks apa si jomblo tak laku-laku itu bicara. Orang akan tahu, oalah, ternyata dia belum ketemu jodoh meski sudah mencari-cari.
Lead gubahan yang digubah atau bahasa kerennya dimodifikasi dari kalimat atau peribahasa lain yang sudah mansur, eh, mashur dan manjur duluan. Ini sih ya kerjaan orang yang suka mleset-mlesetin.
Misalnya, kita nulis soal buruknya pelayanan publik di negeri ini yang tak sebanding dengan banyaknya pajak yang sudah kita bayar.
Besar pajak daripada pelayanan.
Nah, selain bisa jadi judul tulisan, kalimat di atas juga bisa jadi lead gubahan yang, setidaknya menurutku (hehehe), menarik. Soale kan itu gubahan dari pepatah “besar pasak daripada tiang”. Orang bisa langsung kepikiran, “Oh, kita sudah banyak bayar pajak. Tapi kita masih dapat pelayanan yang buruk.”
Masih ada beberapa jenis lead lain, seperti lead pertanyaan, lead pernyataan, lead narasi, dan lain-lain. Tapi, menurutku, dasarnya ya tetap dari empat jenis di atas. Silakan pilih dan pakai sebagaimana tempatnya.
Dan, karena tugasnya hanya menggoda, maka setelah lead itu harus ada tindakan lebih lanjut. Lead hanya menggoda. Setelah itu, tubuh tulisan harus aktif memberikan hentakan, belaian, remasan, jambakan, atau sekali-kali pukulan. Seperti lead, isi tulisan juga harus dibuat asik agar orang lain tertarik untuk menikmati tubuhnya. Jadi, kita dan pembaca sama-sama puas.. *Lha, ini ngomongin apa, sih? ;))
Keterangan: Foto leher diambil dari Flickr Babasteve.
Leave a Reply