Media Watch untuk Demokratisasi Media

0 No tags Permalink 0

-ini sebagian notulensinya-

Focus Grop Discussion
Penguatan Media Watch untuk Mendukung Demokratisasi Media
Kemitraan – LSPP Jakarta – LeSPI Semarang
Hotel Horison Semarang, 12 Juni 2007

Hari – LSPP
Kodisi media di Indonesia saat ini secara kuantitas memang ada penambahan. Tapi ada masalah dengan kualitas.

Triyono – Komunikasi Undip
Pasar lebih dominan dan negara mengalami kemerosotan. Masyarakat hanya sebagai pembeli, bukan sebagai entitas yang punya peran. Parahnya lagi ada swastanisasi lembaga penyiaran publik.

Ozi – KJ HAM
Dampak berita sering malah menyudutkan korban. Karena berita masih dominan semata interpretasi wartawan. Akibatnya tidak kaget jika berita sangat mendiskreditkan perempuan.

Tiwik
Terjadi persaingan antar media yang sudah bukan lagi tidak sehat tapi sangat berbahaya. Karena kepentingan pasar jauh lebih besar. Media berdalih untuk kepentingan khalayak padahal untuk iklan. Contohnya sinetron. Persaingan antar media sudah melampaui ideologi media. Kepentingan pasar di atas segalanya. Ada invisible hand yang mengendalikan.

Maryoto – Kompas
Masih ada romantisme pers sebagai media perjuangan. Itu zaman Tirto. Sekarang masuk masa industri: ada bisnis, ada redaksional.

Hari
Kita sudah melihat kondisi media dan mengarah bahwa media watch diperlukan. Perlu ada regulator media seperti Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Dari sisi media ada juga ombudsman. New York Times (NYT) sendiri baru punya ombudsman setelah kasus Jason Blair pada 2002. Ada public editor untuk mengurus keluhan publik terhadap liputan NYT. Perlu ada lembaga independen untuk mengimbangi.

Yuliman – TVKU
Media watch sangat penting. Sebab membangun media tanpa masukan masyarakat arah kami bisa ke mana-mana. Semua media kepentingan owner nomor satu.

Joko – IJTI
Industri TV butuh kapital besar. Sebagai cntoh untuk wawancara langsung dengan Gus Dur dari Semarang perlu biaya puluhan juta. Harus bawa OBV, SNG. Perlu 20 juta hanya untuk wawancara 2 menit.

Media watch agar tidak menilai yang muncul saja tapi juga prosesnya. Banyak hal kompleks termasuk bagaimana soal mutu wartawan. Ini menyangkut kapitalisme media.

Lilik – KPI Jateng
Media watch juga mengadvokasi ke owner. Tapi itu susah. Sebab kalau perusahaan berbentuk PT komisarisnya banyak. Siapa yang akan kita ajak bicara. Berkaitan dengan literacy media, selama ini masyarakat memang kurang tahu jalur yang harus dilakukan kalau ada masalah dengan media.

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *