Ya, ya. Akhirnya aku tidak tahan juga untuk tidak menulis soal masalah ini meski sudah banyak banget blog yang menulisnya. Soalnya kalau dibiarkan memang pikiran ini lama-lama jadi mbenjol keluar. Takutnya lalu jidatku tambah jadi lengar dan longor. Hahaha..
Kali ini soal blokir beberapa situs yang memuat film Fitna, yang dianggap melecehkan Islam. Hmm, kalau sudah soal agama memang repot. Makanya tidak usah beragama. *Padahal aku sendiri tidak berani untuk tidak beragama. 😉
Pertama soal film Fitna. Menurutku sih aneh juga kalau ada film yang dibuat dengan sengaja untuk memancing kemarahan. Seperti diberitakan Radio Nederland, anggota parlemen Belanda yang bikin film ini memang sengaja membuatnya untuk menjelek-jelekkan Islam. Terlepas dari posisiku sebagai muslim (mimih!), rasanya memang tetap tidak pantas membuat sesuatu untuk merendahkan keyakinan orang lain. Keyakinan itu kan urusan personal, masak mau diutak-atik.
Tapi, kedua, pemblokiran situs dan blog yang memuat film ini juga berlebihan. Seperti ditulis Winardi, masak sih gara-gara satu tikus lalu satu rumah dibakar semua.
Hmm, jadi inget rumahku yang banyak tikus. Masak sih aku harus bakar rumahku gara-gara suara ribut tiap malam itu. Biasanya sih aku hanya pasang perangkap yang aku isi pindang goreng sisa makan. Eh, dapat deh tikusnya. Lalu aku celupin tikus yang masih dalam kurungan itu ke sungai tidak jauh dari rumah. Aku pelototin aja tikus yang megap-megap menghembuskan nyawa dengan khidmat itu. Sadis banget kan?
Oke, balik soal kontroversi film Fitna dan blokir situs maupun blog yang memuat film tersebut. Upaya blokir itu juga sebenarnya hal yang justru kontraproduktif alias mubazir. Sebab makin banyak orang penasaran soal film itu. Senin lalu saja aku malah lihat teman di kantor yang donlot film itu siang-siang. Larangan justru membuat orang penasaran.
Seharusnya sih dibiarkan saja situs maupun blog yang memuat film itu. Tidak usah diblokir semuanya. Lalu, mereka yang sepakat bahwa film itu memang jelek ya bisa klik bendera di bawahnya sebagai petanda bahwa mereka tidak sepakat dengan isi film itu. Kalau orang lain tetap percaya ya itu urusan yang percaya. Tinggal kita bikin film lagi saja yang untuk menjawab film tersebut. Gitu saja kok repot..
Untungnya sih sikap organisasi Islam, moderat maupun konservatif, makin dewasa untuk kasus ini. Tidak ada lagi demo anarkis seperti kasus Playboy atau kartun Muhammad. Kalau sikapnya begini terus kan makin asik. Jadi orang-orang kayak pembuat film Fitna itu akan malu sendiri. Ternyata kebencian yang mereka harapkan itu tidak terjadi.
Leave a Reply