Jumat sampe Minggu lalu liputan – apa liburan ya? 🙂 – di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Dari Denpasar sekitar 200 km, perlu waktu sekitar 3 jam naik mobil pribadi. Kalau dengan kendaraan umum mungkin lebih lama. Pemuteran desa kecil di bibir pantai utara Bali. Ada jalan raya besar menghubungkan Gilimanuk dan Singaraja. Gilimanuk pintu masuk utama ke Bali jika lewat darat. Sedangkan Singaraja, dulunya ibukota Bali sebelum kemudian pindah ke Denpasar.
Pemuteran termasuk desa kering. Buktinya pas aku ke sana, tanah desa berdebu. Kering. Pohon-pohon juga meranggas tanpa daun. Di bagian selatan desa ini, bukit Pulaki membentang dengan bentuk kaya grafik: dari paling rendah lalu naik. Cuma bukit itu keliatan kering. Di beberapa titik keliatan kerontang. Di bagian utara, desa ini berbatas pantai utara. Dan, ini yang jadi daya tarik Pemuteran.
Desa kecil ini nyegara gunung -kata orang Bali. Artinya kurang lebih bisa menggabungkan segara (laut) dan gunung. Karena itu beberapa resort, cottage, ataupun hotel ada di desa ini. Umumnya turis asing yang datang ke tempat ini suka karena tenangnya. Di sana memang menenangkan. Pas aku tidur, suara ombak terdengar sampe kasur. Asiklah untuk ngilangin bising Denpasar. Turis juga senang berlibur di sana karena daya tarik bawah lautnya. Selain diving atau snorkling di tempat tersebut, mereka juga memilih Pulau Menjangan yang tidak jauh dari Pemuteran.
Memang menyenangkan liputan -lebih pas liburan- di sana. Namun itu bukan intinya.
Aku hanya ngrasa aneh. Tidur dan santai di cottage seharga US$ 60 semalam lalu malam selanjutnya di cottage seharga sekitar US$120. Aku asik aja karena diundang dan gratis. Masalahnya, kondisi di sekitar hotel itu sangat mengenaskan. Tanah desa berdebu. Kering. Udara sangat panas. Beberapa eko sapi diikat di depan areal hotel. Mereka kurus dan jelas tidak sedang makan rumput. Beberapa bapak sedang main judi di bale bengong. Rumah mereka jauh lebih kecil dibanding rumahku di kampung. Juga berdinding gedek. Berlantai tanah. Pas aku ngobrol dengan mereka, katanya mereka memang tidak punya pekerjaan tetap.
Duh, bagaimana mungkin kondisi yang begitu berbeda bisa terjadi? Tempat menginap entah cottage, hotel, atau resort mewah ada di sana. Sementara di sebelahnya rumah gedek. Ada turis sedang asik baca buku sambil rebahan di pantai sementara ada bapak-bapak main ceki. Ada yang begitu sejuk dengan kamar ber-AC dan halaman hijau selalu disiram sementara di sebelahnya kering kerontang.
Dunia memang aneh! Dan, aku hanya bisa berpikir lalu mengelus dada..
Leave a Reply