Bukit, Gunung, Pantai, Gereja

11 No tags Permalink 0

Sebenarnya, jalan raya di Flores tidak seseram yang aku bayangkan. Ketika teman-teman di Bali pada bilang bahwa jalan raya di Flores berupa kelokan tak berkesudahan dan naik turun serta jauh antar-kotanya, maka aku mikir jalan berliku-liku yang lebih parah dari jalan Bedugul-Singaraja atau Bedugul-Seririt di Bali. Jalan menuju Bali bagian utara ini sering bikin aku pusing. Aku bahkan pernah sekali sampai muntah.

Teman-teman di kantor tempatku kerja part time pun bilang kalau jalan di Flores tidak ada bandingannya di Bali. Lalu aku mikir jalan di Puncak, Bogor yang menuju atau dari Bandung. Ini pun berkelok-kelok dan curam. Namun temanku tetap bilang di Flores lebih parah. Makanya aku jadi keder juga. Aku paling takut kalau nanti sampai muntah gara-gara jalanan yang curam dan berkelok-kelok itu.

But, ternyata, jalan di Flores tidak separah itu. Memang sih berkelok-kelok tiada henti. Namun relatif tidak curam. Jadi aku tidak sampai teler di jalan. Kalau kemudian terasa sangat lama, mungkin ini relatif saja. Ini daerah baru bagiku dan aku jalan ke banyak tempat. Jadinya selalu terasa lama dan jauh. Padahal jaraknya ya tidak lebih jauh dari Denpasar ke Negara di Bali.

Toh, meski terasa lama dan jauh, aku susah bisa tidur. Perjalanan di mobil yang rata-rata 2,5 jam itu lebih banyak aku habiskan untuk menikmati bukit, gunung, dan sebagian pantai Flores yang keren itu. Ada pula gedung seminari bergaya Eropa yang membuat kami berhenti untuk mengambil gambarnya.

bukit.jpg Ketika di masih Ruteng, usai mengunjungi desa Arus, kami berada di ketinggian dan terlihat laut di utara Flores. Semula aku agak ragu kalau warna biru yang aku lihat itu adalah laut. Sebab, kami baru saja datang dari desa yang dikelilingi bukit dan setauku berada di tengah hutan. Setelah aku tanya ke teman dari Delsos, LSM di Ruteng, yang menemani kami, aku baru yakin kalau itu laut.

Terlihat agak berkabut. Jadi ini kombinasi unik: bukit, sawah, bukit, dan laut biru di ujung sana. Sayangnya sih lautnya jauh sekali dan agak samar-samar. Jadi tidak bisa ambil gambar. Kami pun berlalu begitu saja.

Rasa malas untuk mengambil gambar ini terjadi pula ketika kami melewati daerah asik di perbatasan Kabupaten Manggarai Timur dengan Kabupaten Ngada. Kami masuk Aimere, daerah pantai selatang Flores. Menariknya pantai ini adalah karena dia berupa teluk lalu di ujung sana ada gunung menjulang tinggi. Aku bayangkan sih kalau aku turun dan ke pantai maka aku bisa mendapat gambar bagus: pantai, air laut, bukit, lalu gunung di satu bingkai. Sayangnya aku menunda-nunda terus untuk mengambil gambarnya.

Ketika sudah lewat dan tidak ada lagi pemandangan serupa, baru aku bilang dalam hati, “Goblok! Kenapa tadi aku tidak turun saja ya?”

Tapi tidak apa-apa. Perjalanan kami ternyata menuju ke gunung itu. Namanya Ine Rie. Di sekitarnya ada bukit yang teksturnya lancip, bukan landai. Makanya sempat keder juga pas sopir Daihatsu Hiline yang kami tumpangi bilang kalau kami akan melewati tengah-tengah bukit di sekeliling gunung tersebut.

gunung.jpgTapi ya itu tadi, ketakutanku berlebihan. Pas sudah sampai di sana ya ternyata landai saja. Bahkan ketika sampai di bukit di sebelah gunung, waah, ternyata keren. Dari punggung bukit ini kami melihat lembah di bawah sana dan gunung Ine Rie menjulang dengan bentuk sangat miring. “Jarang ada orang yang mendaki ke sana karena hanya pasir yang ada,” kata Yos, sopir yang bersama kami.

Dari sini pula kami bisa melihat pantai Aimere yang tadi kami lewati. Teluk Aimere dengan bukit-bukit berkabut itu seperti sebuah misteri. “So misty,” kata Jelle, teman dari Belgia yang bersamaku selama di Flores.

pantai.jpgPantai ini kami temukan pula ketika kami sudah masuk wilayah Ende pada hari keempat di Flores (22/1). Ini kota terakhir yang kami singgahi sebelum balik ke Denpasar. Meski tidak bagus-bagus amat, pantai di sini tetap menarik. Apalagi setelah seharian menyusuri bukit dan gunung.

Oya, bagian lain yang menarik selama perjalanan ini adalah melihat bangunan gereja di dua tempat. Pertama di Ruteng, kedua di Ngada. Gereja pertama adalah Kathedral Ruteng yang dibangun sejak 1930an. Melihat menara gereja dengan latar belakang langit biru jadi kepuasan tersendiri. Apalagi ini bangunan sudah tua. Sayangnya aku tidak banyak waktu untuk moto-moto. Jadi ya tak lebih dari sepuluh jepretan di pagi hari, kami pun cabut meninggalkannya.

Gereja kedua ada di Ngada, tepatnya di Rodabelu, Ngada. Menurut Marcell, teman dari MTM Ngada, LSM di Bajawa yang menemani kami, banyak orang suka berhenti di tempat ini sekadar berfoto. “Mereka suka karena bentuknya seperti di Eropa,” kata Marcel berpromosi.

gereja.jpgTapi ya itu. kami hanya moto-moto sebentar. Tidak lebih dari 10 menit di sana. Tidak sampai masuk halaman. Hanya motret dari luar. Tapi lumayanlah. Setidaknya kami sudah dapat sesuatu yang berbeda selain bukit, gunung, dan pantai..

11 Comments
  • Ina
    February 4, 2008

    Alam di Flores itu masih asli banget yach.
    jadi pengen juga ke sana.
    semuanya satu paket mulai dr Bukit, Gunung ampe pantai.

    huuu..seru…!
    Di Flores ampe kapan bli’

  • imsuryawan
    February 4, 2008

    Mas Anton nih produktif amat nulisnya!

  • eka
    February 4, 2008

    wah asik nie dapat keliling indonesia….
    jangankan keliling indonesia, keliling Bali aja saya belum pernah.

  • sherly
    February 4, 2008

    nti launching BBC aku post di forum blogfam 🙂

  • didut
    February 5, 2008

    skrinsutnya keren 😀

  • lodegen
    February 6, 2008

    aku aja dapet ceritanya setelah baca di blog. karena ayah bilang,”udah ntar aja baca di blog”. beginilah orang lagi maniak blogger. budaya lisannya (bahkan ke istri) jadi berkurang

  • widi
    February 8, 2008

    kasian mbo lode di madu dengan “blog”

  • john
    February 11, 2008

    wah ha..ha..ha.. jadi inget perjalanan gw dulu waktu kelilingin NTT dari labuhan bajo, ruteng, ende, bajawa, larantuka, lowleba.

    itu salah satu perjalanan paling extream yg perna saya lakukan semua lewat darat, di tempuh selama 7 hari. apa lagi sampe di lowleba pulau yg terpencil dan transportasi hanya lewat laut.

  • ade
    February 25, 2008

    asli keren banget bli…
    saya sering ke Flores tapu tak bisa mengabadikan seindah ini. TFS yaaa…..

  • antonemus
    February 26, 2008

    buat semua: kok aku baru nyadar ya belum balas semua komen di sini. hihihi..

    @ ina: makassar flores kan deket, mbak. berenang aja ke sana. hehe.. di flores lima hari. muter2 terus.

    @ imsuryawan: lha wong kerjanya memang nulis. gimana lagi? 😀

    @ eka: belum pernah keliling bali? hmm, kapan2 kita coba aja rame2. hehe..

    @ sherly: tengkiu, jeng. meski ga dateng, trnyata dirimu tetep membantu.

    @ didut: *tersipu2 malu* tengkiu..

    @ lodegen: eh, kan sudah juga cerita sama bunda. *ngeles*

    @ widi: sbenarnya mau dimadu sama mbok widi. tapi ga berani. hahaha..

    @ john: waaah, aku cuma separuh aja udah tepar. gimana yg seluruhnya? saluuuuut..

    @ ade: makacih pujiannya. *sambil malu2*. TFS apaan sih?

  • Frans
    May 9, 2008

    Senang baca tulisan anda. Ada kesalahan kecil tentang nama tempat. Bukan Rodabelu tapi Todabelu atau namalainnya Mataloko. SMP dan SMA-ku di tempat ini. Fotonya adalah Gereja di sekolahku dulu…..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *