Penuh Semangat Ngobrolin Pangan Sehat

1 , , Permalink 0


Ini bukan sarapan biasa.

Menunya mungkin biasa. Nasi goreng dengan telur ceplok. Tapi, suasana tempat sarapannya asyik. Kami berada di ketinggian Puncak, Bogor. Di sekitar kami ada bukit dan pegunungan melingkari tempat kami. Dua di antaranya adalah Gunung Salak dan Gunung Riung.

Tak mudah untuk mencapai lokasi ini. Sekitar pukul 9 malam, ketika aku dan dua pelajar dari Denpasar menuju lokasi ini bersama sopir, mobil kami harus mendaki jalan dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Kami harus melewati jalan berkerikil dan sungai dengan air lumayan deras.

Jalan sempit hanya cukup untuk satu mobil. Berkelok. Di gelap malam. Agak ngeri sih sebenarnya ketika menuju ke tempat ini. Tapi, terbayar juga ketika kami tiba di lokasi tersebut, D’Jungle Private Camp di Ciburial, Bogor.

Pagi tadi, ketika kami sarapan, suasana lebih asyik lagi. Matahari cerah. Udara segar. Kabut masih tersisa di antara rindang cemara. Sekitar 40 anak muda ini baru saja selesai olahraga.

Merekalah yang membuat sarapan ini berbeda. Sambil bersantap nasi goreng dan telur ceplok, mereka lesehan di bawah tenda, ngobrol tentang hal-hal yang mungkin “asing” bagi banyak anak muda seumuran mereka, seperti perubahan iklim, pangan sehat, pelestarian hutan, dan semacamnya.

Anak-anak muda ini datang dari beberapa kota: Jakarta, Bandung, Bogor, Solo, dan Denpasar. Mereka berkumpul untuk ikut Youth Camp Perhimpunan Indonesia Berseru (PIB), yang aktif di kampanye pangan sehat terutama di perkotaan.

Tema “berat” itu jadi makanan mereka selama tiga hari di tempat tersebut, 7 – 9 Juni 2013.

Beragam tema diobrolin anak-anak muda yang dipandu kawan-kawan PIB, seperti Tejo Wahyu Jatmiko dan Ida Pardosi. Tema diskusi tersebut antara lain maruknya industri kelapa sawit, terancamnya potensi kelautan, ketergantungan pangan, dan seterusnya. Pembicaranya aktivis di masing-masing isu tersebut. Misalnya Sawit Watch, Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP).

Di luar tema berat itu juga ada tema yang agak santai yaitu tentang menulis untuk menggerakkan dan bagaimana memanfaatkan media sosial untuk kampanye.

Salah satu tujuan kegiatan ini agar anak-anak muda tersebut paham isu pangan sehat dan kemudian aktif mengampanyekannya. Maka, tak hanya belajar dari para ahli, anak-anak muda ini juga merancang bagaimana kampanye tersebut akan dilakukan.

Pada hari kedua, misalnya, anak-anak ini membahas dalam kelompok tentang bagaimana strategi kampanye tersebut. Mereka dibagi dalam kelompok dengan nama-nama pangan lokal, seperti Onde-onde, Bika Ambon, Lumpia, Tiwul, dan Ayam Betutu. Lalu, tiap kelompok ngobrolin rencana masing-masing. Ada yang duduk di pinggir kolam. Ada yang di aula.

Hasil diskusi kelompok kemudian dipanelkan bersama. Presentasinya campur aduk antara serius dan tertawa.

Tak cuma diskusi, para peserta yang rata-rata masih mahasiswa ini juga jalan-jalan keliling kampung tersebut. Mereka ngobrol dengan warga lokal tentang pangan sehat. Sayangnya sih aku tak bisa ikut jalan-jalan ini karena duluan balik turun ke Bogor.

Tapi, tetap saja senang melihat anak-anak muda bersemangat 45 ini. Namun, tentu lebih senang lagi kalau mereka tetap semangat melanjutkan kampanye setelah kegiatan tiga hari tersebut.

1 Comment
  • Anggara
    August 15, 2013

    jadi, apakah kampanyenya berjalan sesuai harapan mas?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *