Minum Larutan Kodok, Eh Tambah Keok..

0 No tags Permalink 0

Wayan Kariasa, sebut saja namanya begitu, dua minggu terakhir kaget. Badannya semakin kurus. Lengannya tidak lagi terlihat gagah. Padahal sebagai laki-laki tulen, jelas Kariasa ingin sekali berbadan kekar. Apa lagi pekerjaannya sebagai kernet jelas mengharuskan tubuhnya tetap sehat. Apa daya, berat badan semakin turun.

Bapak dua anak itu semakin cemas. Selain badannya semakin kurus, bagian tubuh yang lain juga terlihat bercak-bercak seperti cacar. Semakin hari, bercak itu semakin banyak. Kariasa mulai kalut dan takut.

Atas saran bapaknya, warga Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali itu kemudian bertanya pada balian (dukun). Kariasa awalnya menolak. Namun karena semakin hari badannya semakin kurus dan bercak di lengannya semakin bertambah, Kariasa pun akhirnya pergi ke balian. Sebagai ganti biaya, Kariasa membawa rokok Gudang Garam satu bungkus, beras setengah kilogram, dan duit Rp 5000.

Setelah berkonsentrasi sejenak dengan dupa mengepul di depannya, si balian itu berbicara kepada Kariasa. “Adik ini kena penyakit karena sering jalan malam. Sebagai obat, coba adik bawa tiga kodok hijau ke tiang (saya),” kata balian itu.

“Kenapa harus kodok?” tanya Kariasa.

“Adik mau sembuh apa tidak?” balian itu bertanya balik. Kariasa diam saja.

Malamnya, Kariasa pun berburu kodok hijau di selokan belakang rumahnya. Hanya dengan tangan kosong, Kariasa menangkap tidak hanya tiga tapi lima kodok sekaligus. Dibawanya lima kodok itu pada sang balian keesokan harinya.

Di tempat praktik balian, kodok itu dimasak tiga ekor. Sisanya dilepas kembali. Oleh balian, kodok itu direbus lalu airnya diberikan kepada Kariasa. Satu gelas air kecoklatan itu pun dihabiskan Kariasa sekali teguk. “Rasanya kaya air kencing,” kata Kariasa. Namun dengan harapan bisa sembuh, Kariasa tetap minum air tersebut.

Esoknya, Kariasa kembali meminum segelas air saktit tersebut. Namun penyakitnya tidak juga sembuh. Badannya tetap kurus. Bercak-bercaknya tetap saja ada. Bahkan kali ini dia mulai mencret. Kariasa pun mencari balian yang lain dengan biaya lebih besar dua kali lipat dari balian pertama.

Balian lain itu bilang kalau Kariasa kena kutukan. Karena itu harus meminta maaf pada leluhur. Namun, meski sudah melakukan permohonan maaf, Kariasa tetap tidak sembuh dari penyakit “aneh” yang dideritanya. Dia pun pasrah.

Lalu, dia mulai mencari informasi tentang penyakit tersebut. Dari buku yang dibacanya, bapak dua anak itu tahu bahwa dia mengidap gejala HIV/AIDS. Dia pun berkonsultasi ke relawan di Singaraja. Kini, Kariasa terus minum ARV untuk mempertahankan kekebalan tubuhnya. Kariasa tidak mau lagi minum larutan kodok hijau.

“Takut tambah keok,” katanya sambil tertawa..

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *