Bandung adalah kota pertama yang ingin kami kunjungi di antara sekian kota di Jawa. Aku dan Bunda bahkan sudah berencana jalan-jalan ke Bandung kalau Bani nanti sudah ngerti dan bisa mengingat perjalanan itu. Alasannya, kami memang belum pernah ke Bandung. Juga karena sepertinya banyak tempat menarik untuk dikunjungi di kota sejuk itu. Terutama untuk, hmmm, tempat makan-makan! 🙂
Namun, pas dua pekan lalu ke Bandung, ternyata aku belum bisa menikmatinya dengan leluasa. Apa boleh buat. Niat jalan-jalan pun harus diubah. Intinya bagaimana jalan-jalan dengan waktu terbatas tapi bisa dapat sesuatu yang berbeda. Setelah tanya sama Rana Akbar, teman wartawan di Bandung, ternyata ada ide menarik: jalan-jalan ke museum-museum di Bandung saja.
Ada beberapa alasan kenapa idenya Rana ini menarik. Pertama karena Bandung kan sudah kadung terkenal sebagai tempat wisata untuk gaya hidup. Misalnya dengan begitu banyak factory outlet (FO) untuk belanja pakaian. Kedua karena Bandung sebenarnya punya banyak museum yang tidak ada di kota lain. Museum di Bandung itu antara lain Museum Asia Afrika, Museum Geologi, Museum Pos, dan lain-lain. Ketiga, sepertinya asik melihat bagaimana museum di tengah gempuran mall-mall di bandung yang makin hari makin bejibun.
Sabtu (19/04) lalu, aku pun akhirnya jalan-jalan ke museum-museum itu. Target pertama adalah Museum Geologi di jalan Diponegoro, Bandung. Museum ini merupakan tempat menyimpan berbagai benda yang relevan dengan benda-benda geologi. Ada batu meteorit yang jatuh di beberapa tempat, sejarah terbentuknya bumi, hingga bagaimana geologi berguna untuk kehidupan manusia.
Hari itu, tempat ini rameeeee banget. Sebelum museum buka pukul 9 pagi, ratusan siswa dari berbagai sekolah di Jawa sudah menunggu di depan pintu. Rata-rata sih memang anak sekolah yang berkunjung.
Museum ini terdiri dari dua lantai. Lantai satu ada dua bagian besar untuk menyimpan sejarah bumi dan sejarah kehidupan. Jadi ada replika dinosaurus pula di sini. Menurutku sih replika ini persis banget dengan dinosaurus di Museum Nasional di London.
Asiknya tempat ini karena dilengkapi dengan banyak keterangan. Jadi pengunjung bisa belajar banyak hal. Begitu pula aku. Sayangnya karena aku buru-buru, jadi tidak bisa menikmati dengan leluasa. Hanya sekitar satu jam di sana, aku lalu cabut.
Museum kedua yang aku kunjungi adalah Museum Pos, persis di sebelah Gedung Sate, pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Museum ini di seberang Museum Geologi. Aku hanya perlu menyeberang jalan melewat Taman Lansia.
Sayangnya museum pos ini tutup Sabtu itu. Toh, bukan hanya aku yang kecele. Puluhan anak TK juga merengek-rengek ke gurunya minta masuk. Padahal nyata-nyata museum itu lagi tutup. Parahnya lagu aku cari-cari keterangan, ternyata tidak kutemukan juga informasi bahwa museum ini memang tutup.
Daripada kecewa, aku jalan saja ke Gedung Sate di sebelah Museum Pos. Waaah, ini toh gedung yang selalu jadi sasaran demo di Bandung itu. Di seberang gedung ini adalah Lapangan Gasibu, semacam alun-alun tapi lebih kecil. Sekitar pukul 10 pagi itu, masih juga ada orang main sepak bola di sana.
Hal paling unik di sini karena aku ketemu Pak Gunawan, yang menawarkan tes tensi pada pengunjung Lapangan Gasibu. Pensiunan pegawai Rumah Sakit Hasan Sadikin dan STPDN ini sudah empat tahun kerja begini. Dengan timbangan, alat pengukur tensi, dan stetoskop, Pak Gunawan melayani tiap permintaan. “Bayar seikhlasnya saja,” katanya padaku ketika aku habis cek tensi dan ngobrol dengannya.
Dari Lapangan Gasibu ini, aku ke Museum Asia Afrika. Tapi karena dekat dengan jalan Dago, jadi aku mampir dulu untuk belanja baju buat Bani dan pie apel buat Bunda. Cukup jalan kaki dari Lapangan Gasibu ke jalan Dago. Tapi ya lumayan capek untuk orang malas jalan kayak aku. Hehe..
Jalan Dago adalah kawasan untuk beli oleh-oleh di Bandung. Tapi ini daerah agak elit. Makanya barang-barangnya mahal. Niatku untuk beli celana terpaksa aku batalkan karena harga yang terlalu mahal. Gapapalah. Yang penting sudah ada buat Bani dan Bunda..
Selesai belanja oleh-oleh, baru aku naik angkot ke Museum Afrika di kawasan Braga. But, sudah jauh-jauh, eh ternyata museum ini memang tutup. Aku baca papan di depan pintu masuk, museum ini memang tutup pada akhir pekan. Jadi heran saja. Kenapa sih museum kok banyak tutup pada akhir pekan? Bukannya ini malah waktunya orang untuk jalan-jalan.
Maka, dari Museum Afrika aku cabut dengan hati hampa. Hwaaa…
April 29, 2008
wah ternyata bandung banyak juga punya museum yang bisa dikunjungi yah? taunya cuma ciwalk ajah… abis baru sekali tuh mengunjungi bandung 😀
May 9, 2008
@ ghozan: kalau begitu, harus balik lagi ke sana, bli. 😀 jangan lupa ajak2. gapapa kok aku jd guide. ;))
February 5, 2009
Beli Apel Pie nya di Mana????
Penting banget niih…..
September 28, 2009
museum yg ada d’bandung apan jaa cii??mu ksna tp ga tau mseum apan yg mu d’knjungin.
ksh tau dun sob???
October 14, 2009
Kayaknya asyik ya jalan-jalan ke beberapa museum di Bandung. Harus dijadwalin nih ^_^