Di tengah langkanya referensi tentang jurnalisme warga, buku ini serasa pelepas dahaga.
Buku yang diterbitkan Peter Lang, New York tahun 2009 ini memberikan gambaran bagaimana praktik jurnalisme warga tak hanya diterapkan tapi juga bisa mendorong perubahan di banyak negara. Melalui contoh-contoh di Irak, China, Amerika Serikat, India, Australia, dan negara-negara lain, para penulis menegaskan bahwa perubahan warga sekaligus sebagai pewarta bukanlah hal mustahil.
Stuart Allan dan Einar Thorsen, profesor dan calon PhD di Universitas Bournemouth Inggris merangkum 21 tulisan tentang jurnalisme warga dalam tiga tema utama, yaitu bagaimana pewarta warga melaporkan krisis, peran jurnalisme warga dalam mendorong demokratisasi, serta bagaimana masa depan jurnalisme warga.
Delapan tulisan pada bagian pertama, kecuali tulisan tentang sejarah jurnalisme warga, menceritakan pengalaman pewarta warga di Irak, Amerik Serikat, India, Palestina, China, dan Antartika. Di negara-negara tersebut para pewarta warga ataupun blogger mengabarkan sebagai sumber pertama tentang bencana yang terjadi.
Melalui blog ataupun media jurnalisme warga, misalnya, para pewarta warga di China melaporkan langsung dari lokasi bencana gempa bumi Wenchuan pada Mei 2008. Para pewarta warga ini terbukti bisa menembus demarkasi informasi yang selama ini dibangun pemerintah mereka, semua informasi harus dikontrol pemerintah.
Jurnalisme warga terbukti memotong pemasungan informasi oleh tirani.
Selain bisa melaporkan krisis secara langsung melalui blog ataupu jejaring sosial, termasuk Twitter dan Flickr, media jurnalisme warga juga bisa mendorong demokratisasi. Hal ini dibahas penulis dari Iran, Brazil, Korea Selatan, Vietnam, Belgia, Kenya, Australia, dan Amerika Serikat.
Di Korea Selatan, sebagai contoh, media perintis jurnalisme warga di dunia, Oh My News berperan tak hanya sebagai tempat warga bersuara tapi juga sekaligus aspirasi politik. Oh My News terbukti berperan penting mengantarkan calon presiden alternatif negeri ginseng tersebut ke kursi jabatannya.
Hal serupa terjadi di Australia. Perdana menteri Kevin Rudd bisa terpilih pun tak bisa dilepaskan dari mobilisasi opini dan suara melalui proyek YouDecide2007, blog jurnalisme warga terkait Pemilu di negeri Kanguru itu.
Bagian terakhir buku ini, Bagaimana Masa Depan Jurnalisme Warga, menjadi semacam refleksi sekaligus harapan jurnalisme warga di masa depan. Empat tulisan di bab ini menjabarkan kekuatan dan kelemahan jurnalisme warga, tantangan jurnalisme warga, juga bagaimana jurnalisme warga harus berkompromi dengan industri maupun pembaca.
Membaca seluruh tulisan buku ini, bermodal nilai baca IELTS cuma 6, aku merasa banyak belajar. Pengalaman di banyak negara plus beragam tema di buku ini makin menguatkan niat untuk lebih serius mengelola Bale Bengong, blog jurnalisme warga yang kami kelola sejak 2007 silam.
Buku ini memberikan referensi sekaligus menyuntikkan energi dan inspirasi tentang pengembangan jurnalisme warga di Bali.
Hal mengecewakan dari buku setebal 277 halaman ini adalah karena tak membahas pengalaman jurnalisme warga di Indonesia sama sekali. Padahal, negeri ini juga punya beberapa media jurnalisme warga, seperti Panyingkul, Wikimu, Suara Komunitas, dan ehem!, Bale Bengong tentu saja.
Jadi, kami memang harus lebih banyak dan keras bersuara. Agar jurnalisme warga di negeri ini juga terdengar hingga mancanegara.
Ilustrasi sampul buku dari Strand Book.
January 28, 2012
suarakan lantang melalui wartamu, bangun negeri tanpa jadi petinggi, bunuh korupsi tanpa menyakiti, begitu ya… daftar di ‘Bale Bengong’ dong.
May 11, 2013
Salam kenal, Mas Anton. Saya inginn memperkenalkan media jurnalisme warga yang saya dan teman-teman Forum Lenteng kelola, yakni akumassa.org … Silakan berkunjung dan saling berbagi informasi dan pengetahuan. Terimakasih.. 😀
– Manshur Zikri (akumassa)
web: akumassa.org | home.forumlenteng.org/