Jumat. Sabtu. Minggu. Hm, lebaran tinggal tiga hari lagi. Mereka, -eh, aku juga ding!- yang akan merayakan udah pada kembali ke keluarga. Berkumpul dengan orang tua, saudara, keluarga besar, maupun tetangga. Pas hari H, kita akan sholat ied dan abis itu silaturahmi, main ke rumah keluarga dan tetangga.
Aku jadi inget. Biasanya aku ngumpul sama sepupu-sepupu. Ada yang dari Malang, Yogya, Surabaya. Asik banget. βDan bener memang keluarga itu candu-. Soalnya, lebaran jadi terasa kurang lengkap kalau tidak kumpul dengan mereka. Kami jalan bareng keliling kampung. Dulu sih hampir semua. Sekarang karena jarang di rumah ya pilih beberapa saja. Toh, jarang ketemu mereka (tetangga kampung maksudnya). Jadi, tidak punya dosa sama mereka. π
Selain untuk silaturahmi, lebaran itu juga hari untuk berbasa-basi. Tetangga-tetangga saling berkunjung meminta maaf. Salaman. Ngobrol di rumah sambil ngemil jajan. But, apa benar maafan? Aku pikir nggak bener-bener amat. Maaf itu biasanya cuma di mulut. Di hati masih menyimpan dosa-dosa orang lain itu. Begitu lebaran selesai, ya dosa itu diingat lagi. Atau maaf itu biasanya hanya dilakukan pada mereka yang tiap hari juga udah baikan.
Tapi untuk minta maaf pada orang yang bener-bener musuhan? Wah, nanti dulu. Berat banget. Malah kadang-kadang itu tidak dilakukan. Jadi, lebaran pun berlalu masih dengan dendam, sakit ati, dan rasa nggak enak pada orang itu. Bisa jadi, aku termasuk golongan ini. Yang hanya menjadikan Idul Fitri alias hari yang suci itu sebagai hari basa-basi..
Btw, Mega sama SBY kira-kira maafan gak ya lebaran nanti? Kalau nggak, berarti lebaran sebagai hari basa-basi itu terbukti. π
Leave a Reply