Perdagangan global itu seperti ratusan jalan tol. Perlu ada yang mengatur: batas kecepatan, lampu merah, batas ukuran kendaraan, dan seterusnya. Tanpa aturan, maka truk-truk besar dengan kecepatan tinggi saja yang bisa melewatinya. Aturan tidak hanya akan membuat kendaraan-kendaraan kecil punya kesempatan menggunakan jalan tapi juga disejajarkan dengan kendaraan yang lebih besar.
Tapi bagi Muhammad Yunus, peraih hadiah Nobel Perdamaian 2006, aturan saja tidak cukup. Kendaraan-kendaraan kecil itu harus diberikan jalan yang lebih baik. Sebab dalam praktik selama ini, jalan besar bebas hambatan itu tak hanya menghilangkan kesempatan tapi juga menyingkirkan kendaraan-kendaraan kecil tersebut.
Inilah filosofi lahirnya bisnis sosial yang ditulis di buku berjudul Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan: Bagaimana Bisnis Sosial Mengubah Kehidupan Kita ini. Bisnis sosial adalah bisnis yang bukan berorientasi pada keuntungan modal tapi juga keadilan sosial. Buku terbitan Gramedia ini membahas pengalaman Grameen Bank di Bangladesh yang didirikan Muhammad Yunus, yang telah menerapkan bisnis sosial.
Bank ini mengelola bisnis dengan orang-orang miskin sebagai pangsa pasarnya. Orang-orang miskin tidak dieksploitasi semata sebagai konsumen tapi sebagai manusia yang harus diperbaiki taraf hidupnya. Maka, Grameen Bank yang yang memulai usaha pada 1983 ini memberikan pinjaman tanpa jaminan pada orang-orang miskin yang selama ini tidak bisa mendapatkan pinjaman dari bank umum.
Grameen Bank juga menjadikan orang-orang miskin dengan penghasilan kurang dari Rp 10 ribu per hari ini sebagai pemilik modal. Dari semula hanya bank, usaha Grameen kini bertebaran di semua bidang seperti kredit mikro, perikanan, produksi kain tenun, sumber energi, beasiswa, layanana kesehatan, sampai internet. Dari satu usaha simpan pinjam pada 1983 kini jadi 24 perusahaan. Semua bertujuan sama: meningkatkan kehidupan orang miskin.
Setelah berjalan selama 26 tahun, Grameen Bank memiliki 7 juta orang miskin sebagai nasabah di mana 97 persen di antaranya adalah perempuan. Usaha ini sudah menjangkau orang miskin di 78.000 desa. Sekitar 64 persen nasabah sudah melewati garis kemiskinan.
Yunus mengingatkan, kemiskinan adalah ancaman terbesar pada perdamaian. Maka mengatasi kemiskinan adalah upaya menyebarkan perdamaian. Wajarlah jika Yunus dan Grameen Bank kemudian mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian.
September 21, 2009
OOT ➡
Tali benang di gae kloso
moleh nang jowo numpak sepur argopuro
pirang-pirang taon aku nduwe duso
mumpung rioyo aku njaluk
rondosepuroTaqobballahuminna waminkum taqobal ya kariem…….
September 22, 2009
Mohon samudera jiwa kakanda, kita bisa saling merdeka-memerdekakan dan dengan begitu akan lebih lapang jalan tuk memperoleh pengampunan Allah.
mohon maaf lahir bathin iia 🙂
September 25, 2009
Salut sama keberanian Muh Yunus untuk memfokuskan usahanya kepada masyarakat yang kurang beruntung. Pakistan pantas bangga padanya.
Salam dari Depok ^^
September 27, 2009
Woow.. konsep yang keren banget euy.. hmmm.. harus cari buku ini,.. btw thanks buat infonya yaa…
October 1, 2009
aku pernah nonton orang ini pidato di talkshow, lupa nama talkshow nya. Konsepnya juga diterangkan disana. He’s so bright! walaupun kulitnya gelap :p
October 6, 2009
Ton, miskin ndak miskin yang penting update..
Jangan2 kamu sudah bertekad alih profesi sebagai penyiar radio dan meniggalkan blogger? 😛
October 7, 2009
sebuah komitmen yang membutuhkan kerja keras… dan waktu berjalan beriringan.
October 7, 2009
wah keren nih buku….
harus punya satu nih …
hehehe
October 8, 2009
kenapa Indonesia gak ada yg bisa ya ton? Ada udah ada tapi gak ketahuan aja? …