Rumah Tulisan

maka, menulislah untuk berbagi, agar ceritamu abadi.

Bertemu Kadek Duarsa Tokoh Penolak Itu

kadek duarsa

Sebenarnya kami sudah beberapa kali ketemu dan ngobrol.

Tapi, baru dua hari lalu kami bisa ngobrol intens di Tanjung Benoa. Setelah menikmati makan siang sup ikan dan ikan panggang, kami ngobrol selama sekitar dua jam.

Tempatnya langsung di pusat kontroversi di Bali saat ini, Teluk Benoa.

Aku bareng Bunda dan dua teman lain, Dandhy dan Ucok, yang sedang bikin perjalanan keliling Indonesia. Kami ingin merekam perjuangan warga Tanjung Benoa menolak rencana reklamasi.

Dari tempat kami ngobrol terlihat Teluk Benoa dengan air birunya. Jalan tol menghubungkan Denpasar – Nusa Dua persis di depan kami. Dengan air laut tenang dan biru plus pemandangan jalan tol, tempat ini memang indah.

Namun, keindahan Teluk Benoa itulah yang kini diperebutkan. Pemodal besar dari Jakarta hendak menguruk teluk. Mereka akan membuat 16 pulau baru di lahan seluas 700 hektar.

Rencana sejak tiga tahun silam ini ditolak warga lokal. Kadek Duarsa, salah satu tokoh penolak tersebut. Dia yang kami temui siang itu.

Setelah bertemu di sisi timur Tanjung Benoa, dia mengajak kami ke sisi barat Tanjung. Persis di samping Pulau Pudut atau Pulau Penyu, salah satu pulau yang konon akan diuruk pemodal.

Banyak dalih digunakan pemodal untuk memuluskan niat mereka. Misalnya reklamasi untuk mengurangi sedimentasi, menciptakan 250 ribu lapangan kerja, serta membuat tempat penyelamatan jika terjadi tsunami.

Tapi, dalih-dalih itu terbantahkan semua jika berbicara dengan warga lokal, terutama Kadek Duarsa.

Pertama soal dalih mengurangi sedimentasi. “Dari saya kecil sampai sekarang berumur 40 tahun, kedalaman Teluk Benoa ya memang segini ini,” katanya. Dewa, teman lain ngobrol siang itu, juga mengiyakan. Menurut mereka, jika sekarang ada pendangkalan, justru karena pengurukan ketika pembangunan jalan tol.

Memang kelihatan sih. Di bagian bawah tiang-tiang jalan tol itu justru ada pendangkalan. Aku dulu melihat sendiri bagaimana truk-truk pengangkut menguruk laut itu dengan tanah kapur, sesuatu yang tak ada di AMDAL mereka.

Kini, sebagian besar tanah kapur yang mendangkalkan teluk itu jadi alasan pemodal untuk mereklamasi. Kebetulan?

Kedua soal menciptakan 250 ribu lapangan kerja. “Buat siapa? Warga di sini sudah bekerja semua,” kata Kadek. Berada di tepi laut, warga Tanjung Benoa memiliki usaha wisata sendiri. Tanjung Benoa bahkan jadi ikon Bali untuk pariwisata perairan. di sini ada beragam kegiatan wisata pantai seperti jetsky, banana boat, diving, dan lain-lain.

“Hampir 90 persen milik warga lokal,” ujarnya. Alasan lain untuk membantah dalih penambahan 250 ribu tenaga kerja adalah padatnya wilayah Tanjung Benoa dan sekitarnya.

Saat ini, kata Kadek yang juga Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Tanjung Benoa, ada sekitar 7.000 jumlah penduduk di Tanjung Benoa. Jauh lebih sedikit dibandingkan 250 ribu tenaga kerja baru. Maka, jika ada penambahan 250 ribu tenaga kerja baru, sama saja dengan menenggelamkan warga lokal.

Terakhir soal membangun tempat penyelematan jika terjadi tsunami. Ini pun alasan yang dibuat-buat. Kadek menjelaskan. Teluk Benoa daerah yang agak terlindung. Ombaknya nyaris tak ada.

Dia tidak menghadapi daerah terbuka seperti di sisi selatan Nusa Dua atau sisi timur Sanur. Jika pun terjadi gempa dan mengakibatkan tsunami, kecil kemungkinan daerah itu akan kena.

Pulau-pulau baru sebagai tempat berlindung juga tidak meyakinkan. Aku ingat reklamasi di Pulau Serangan. Ada kanal memisahkan pulau baru dengan pulau lama. Dinding kanal itu miring dari sisi pulau lama dan tegak lurus dari sisi pulau baru.

Logikanya, orang akan mudah masuk nyebur ke kanal tapi susah masuk pulau baru. Aku yakin nanti pulau-pulau baru juga akan dibuat dengan pagar kanal dan dinding semacam itu.

Bagi warga Tanjung Benoa, banyak alasan untuk menolak rencana reklamasi. Kadek yang berada di barisan depan dalam perlawanan itu. Dia yang sejak awal mengorganisir warga, melakukan aksi penolakan di berbagai forum, dan bahkan menghadapi teror preman.

Banyak hal kami diskusikan, termasuk beberapa informasi untuk diskusi di sana saja. Asyik. Kami jadi bisa tahu lebih banyak tentang peta di Teluk Benoa dari warganya sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *