Warcraft: The Beginning yang Melampau Imajinasi

0 , Permalink 0

Warcraft Movie

Bani bahkan memberinya nilai 10.

Karena aku memberi nilai 9, maka setidaknya Warcraft sudah mendapatkan nilai rata-rata 9,5 dari dua penonton. Kami yang juga penggemar permainan komputer ini.

Tanpa basa-basi, film Warcraft memang keren banget.

Kami menontonnya Senin kemarin memanfaatkan paket hemat Denpasar Cineplex. Lumayan, bayar Rp 50 ribu di hari Senin-Kamis, dibandingkan Rp 60 ribu pada Jumat atau Rp 75 ribu saat akhir pekan, Sabtu-Minggu.

Warcraft: The Beginning dibuat berdasarkan game bernama sama, Warcraft. Ini salah satu permainan favorit pada zaman aku masih sering main game, 10-15 tahun lalu.

Ah, cepatnya waktu berlalu.

Saat ini Warcraft sudah ada versi online. Grafis dan permainanya lebih seru. Cuma aku tidak pernah main kalau versi online. Hanya sesekali masih main versi offline di komputer Bani. Begitu pula dengan dia.

Karena itulah, begitu film ini tayang, dengan semangat 45 kami pun segera menontonnya. Kali ini sambil ngajak Bayu, ponakan yang juga suka main game.

Mau ngajak Satori jelas tidak mungkin. Rate film Warcraft ini untuk remaja, minimal 13 tahun. Bani saja curi-curi umur untuk menontonnya. Dan, ini tak terlalu bagus memang.

Di pertengahan film, Bani tiba-tiba nangis sesenggukan. Dia menyenderkan kepala ke pundak kananku sambil bilang di antara sesenggukannya, “Sadis sekali. Pantesan filmnya untuk remaja..”

Di layar, Blackhand sang pemimpin pasukan orc dengan sadis membunuh Callan, putra dari Lothar komandan pasukan manusia. Mungkin bukan adegannya saja yang sadis, tapi juga cerita terbunuhnya si anak di depan mata ayahnya yang membuat Bani menangis.

Tapi begitulah bagusnya film berdurasi dua jam ini, memadukan emosi dan imajinasi.

Kepedihan dan kesedihan hati Lothar saat kehilangan anaknya Callan di medan perang menjadi salah satu bumbu emosi dalam film ini. Tidak ada yang menye-menye hanya untuk menyenangkan penonton semata.

Secara singkat, Warcraft: The Beginning adalah permulaan dari cerita perang antara manusia dan orc. Pasukan orc dipimpin Gul’dan yang memiliki kekuatan sebagai penyihir menyerbu Azeroth, dunia baru di mana manusia membangun kerajaan Stormwind.

Keinginan Guld’an untuk menguasai Azeroth mendapat perlawanan pasukan manusia yang dipimpin Lothar, duda keren beranak satu. Panglima perang ini dibantu penyihir muda Khadgar dan Medivh sang penjaga kerajaan yang memiliki kekuatan sihir.

Cerita akhirnya, Lothar berhasil membebaskan manusia-manusia yang sudah disekap Guld’an dan diserap rohnya sebagai kekuatan baru. Namun, dia harus kehilangan anak dan rajanya, Llane Wrynn.

Kerennya film ini karena dua hal utama, cerita dan sinematografi.

Alur film ini tidak hitam putih, layaknya film-film perang lain. Bahkan, dalam pasukan penjahat semacam orc pun ada sisi-sisi kemanusiaannya. Eh, apa sisi ke-orc-an ya? ?

Kebaikan itu tergambar melalui sosok Durotan, kepala suku Frostwolf, salah satu klan di dunia orc. Meskipun bergabung dalam pasukan orc, sebagai sisi antagonis dalam film ini, Durotan tidak sepenuhnya percaya pada Guld’an sang pemimpin pasukan. Dia justru meyakini bahwa Guld’an adalah pembawa keburukan karena kekuatan jahatnya.

Itu pula yang membuat Durotan dan klannya membuat kesepakatan rahasia dengan manusia yang akan melawan sang lalim Guld’an.

Sisi baik lain pada orc ada pada sikap ksatrianya. Mereka punya aturan untuk bertarung satu lawan satu dengan kekuatan “normal” yang mereka miliki. Tak boleh ada kekuatan sihir.

Hingga pada satu ketika Guld’an dan Durotan pun bertarung sebagai bentuk perlawanan terbuka Durotan kepada Guld’an. Sang pemimpin kalah namun kemudian menggunakan kekuatan sihirnya. Pengkhianatan Guld’an terhadap tradisi bertarung ksatria orc itu membuat para pengikut tak mau lagi tunduk padanya.

Para pembangkang pun dihabisi.

Balutan narasi Warcraft: The Beginning berpadu dengan indahnya tata rupa film ini. Semua melampaui imajinasi. Sangat nyata. Mulai dari lansekap, figur-figur tiap makhluk, hingga efek-efek pertarungan dan pertempuran.

Istana kerajaan Stormwind digambarkan megah di atas bukit-bukit dengan menara tinggi menjulang. Begitu pula dengan istana tempat Meldivh tinggal. Figur orc begitu nyata dengan tubuh raksasa penuh gumpalan daging dan gigi serupa taring.

Derap pasukan ketika berperang. Desing pedang ketika beradu. Palagan luas dengan gurun membentang.

Sebagai penikmat film-film kolosal, aku sih puas dengan kerennya gambar-gambar film ini. Warcraft menyajikan visual menawan seperti halnya trilogi Lord of The Ring dan prekuelnya, The Hobbit.

Warcraft: The Beginning barulah permulaan dari film panjang adaptasi dari game produksi Blizzard Entertainment. Tahun depan semoga film ini kembali hadir. Tak sabar melihat bagaimana kisah setelah Lothar jadi raja dan anak si Durotan kelak kemudian menjadi besar.

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *