Persidangan dengan Pengunjung Orang Dalam

0 No tags Permalink 0

Sidang pertama kasus bom Bali digelar Senin pekan ini. Pengunjungnya “orang dalam”.

Satu per satu, anggota jaksa penuntut umum (JPU) saling berpelukan di pelataran Pura Kejaksaan Tinggi (Kejati) Bali Senin pekan lalu sebelum sidang dimulai. Sebelumnya, tiga anggota JPU Nyoman Dila, Putu Suparta Jaya, dan Wayan Suwela diperciki tirta (air) oleh “pemangku” Nengah Budhiyasa, yang sehari-hari juga jaksa di Kejaksaan Negeri (Kejari) Denpasar. “Sembahyang ini dilakukan khusus untuk persiapan para jaksa agar diberi kekuatan oleh Tuhan,” kata Budhiyasa, sang “pemangku”. Salah seorang jaksa wanita di Kejati Bali bahkan berkaca-kaca ketika menyalami para jaksa yang akan menuntut terdakwa Amrozi tersebut.

Sidang kasus peledakan bom Bali resmi dilaksanakan Senin pekan ini. Terdakwa pertama yang diadili adalah Amrozi bin H Nur Hasyim. JPU terdiri dari Nyoman Dila, Putu Suparta Jaya, Wayan Suwela, Urip Tri Gunawan, Erna Normawati, dan Mohammad Salim. Nama terakhir ini khusus didatangkan dari Kejaksaan Agung (Kejagung).

Bila suasana religius terasa menjelang sidang, suasana emosional dan menegangkan terjadi ketika sedang berlangsung. Beberapa janda korban bom Bali  tidak bisa menyembunyikan tangisnya ketika menghadiri sidang. Parti, istri almarhum Fathurrahman yang siang itu datang ke Nari Graha terlihat berkaca-kaca selama di dalam ruangan. Bahkan, ketika belum selesai salah satu Jaksa Penuntut Umum (JPU) Urip Tri Gunawan membaca dakwaan setebal 33 halaman, Parti dan Ni Luh Mendri berlari keluar ruangan sidang. Sambil berisak, dan tangan menutupi wajah, kedua janda korban bom Bali ini menuju sekretariat PKK Nari Graha yang berjarak sekitar 10 meter dari ruang sidang. Beberapa wartawan ikut berlari di belakangnya. Seorang gadis setengah beteriak melarang wartawan memotret. “Saya bilang jangan dipotret,” kata gadis itu sambil merangkul dua ibu muda tersebut.

Di luar ruangan, Kate Dalton, 35 tahun, warga Australia membentangkan handuk putih bertuliskan, “Australian want Amrozzi (dua Z) for 1 week than you can put out left on trial”. Warga Perth, Australia itu mengaku datang ke Bali hanya untuk menyaksikan sidang Amrozi dan menunjukkan kebenciannya pada Amrozi. Meski dua anaknya tidak jadi korban, namun tiga teman anaknya di Kingsley Football Club yaitu Byron, Jones, dan Cores telah tewas dalam peledakan bom 12 Oktober tahun lalu tersebut.

Hujatan dan teriakan tidak senang pun muncul di depan gedung Kesehatan Provinsi Bali yang berada di belakang Nari Graha. Di depan gedung kesehatan tersebut terpasang tiga televisi 21 inci. Puluhan orang menontonnya. Ketika wajah Amrozi muncul di TV, mereka berteriak menghujat. Ketika wajah anggota Tim Pengacara Amrozi muncul pun mereka melemparkan koran ke arah TV tersebut.

Di dalam ruangan sidang, suasana pun cukup menegangkan. Amrozi, sang terdakwa yang biasanya cengengesan lebih banyak menundukkan kepala sambil bersandar di punggung kuris hitam yang didudukinya. Sesekali dia mengusap wajah atau melirik ke kiri, ke arah para pengacaranya duduk.

Ketegangan ini semakin terasa dengan sistem pengamanan berlapis yang dilaksanakan Polda Bali selama proses persidangan. Dalam gelar pasukan yang digelar Jumat pekan lalu, Kapolda Bali Irjen Pol Made Mangku Pastika mengatakan jumlah personil yang diterjunkan dalam pengamanan sidang ini mencapai 3000 orang ditambah 400 pecalang dari desa-desa adat di Denpasar. Selain itu, tiga kompi pasukan TNI AD dari Kodam IX/Udayana pun siap mem-backup bila diperlukan. “Ini merupakan pengamanan sidang terbesar di Indonesia atau bahkan di dunia,” kata Pastika. Pasukan pengaman itu antara lain Sabhara, Dalmas, Intel, Jihandak, pasukan anjing pelacak,

Paling luar, di sekitar Nari Graha, polisi memblokir jalan dengan pagar berduri. Jl Tjut Nyak Dien, tempat Nari Graha berada, disterilkan dari kendaraan bemotor. Orang-orang yang melewati jalan itu harus melewati pemeriksaan polisi. Di lokasi ini Dalmas dan Sabhara siap siaga dengan senjata lengkap. Mereka berdiri sepanjang jalan sekitar 100 meter tersebut. Para pecalang (satuan pengaman adat) pun berbaur bersama. Jumlahnya sekitar dua ratus. Di sekitar lokasi, polisi dan patroli berpatroli. Suara dua helikopter yang berputar-putar di atas Denpasar terdengar jelas menambah dramtis suasana.

Di gedung Kesehatan yang bsesebelahan dengan Nari Graha pun masuk harus diperiksa dengan ketat. Di pintu masuk areal gedung Kesehatan, tiga puluhan polisi memeriksa setiap orang yang masuk. Di areal gedung seratusan anggota Sabhara berdiri di pinggir-pinggir pagar luar gedung. Tiga mobil rantis. Dua mobil pemadam kebakaran, juga stand by di sekitar lokasi sidang. Masuk areal Nari Graha, pengunjung, termasuk wartawan, harus melewati security door untuk kemudian dicek dengan metal detector. Pengunjung harus mencatat nama, meninggalkan identitas, serta tidak boleh membawa HP, korek, dan senjata apa pun. Setiap pengunjung diperiksa badannya, termasuk dompet.

Di ring I, atau ruangan sidang terdapat adalah daerah paling ketat pengamanannya. Wartawan pun tidak semua bisa masuk. Hanya mereka yang memiliki kartu khusus yang bisa masuk. Pengunjung pun harus tetap melewati security door di pintu masuk yang dijaga sekitar 10 polisi. Di tiap pojok pagar pembatas antara pengunjung sidang dengan “panggung” sidang terdapat tiga anggota Sabhara bersenjata lengkap. Di sekeliling pengunjung yang jumlahnya sekitar 300 orang terdapat polisi bersenjata lengkap itu.

Dari sekitar 300 pengunjung sidang yang menempati tiga deret kursi memanjang sebelas baris ke belakang, hampir satu deret adalah wartawan. Tidak termasuk di dua “panggung” di kanan kiri pengunjung yang berisi penuh fotografer dan kameraman berbagai media internasional maupun lokal. Diantaranya CNN, Aljazeera, BBC, APTN, ABC Australia, NHK TV, dan lain-lain. Total ada sekitar 400 wartawan yang meliput sidang ini.

Tiga baris kursi di depan berisi tamu-tamu asing yang dinyatakan sebagai pengamat sidang. Diantaranya adalah Dubes Australia untuk Indonesia David J Ritchie. Sisanya baru antara lain anggota kepolisian, keluarga korban, dan pejabat. Sepanjang sidang berlangsung, tidak banyak aktivitas yang dilakukan pengunjung. Mereka lebih banyak menyimak dakwaan atau ekspesi yang dibacakan.

Comments are closed.