Rumah Tulisan

maka, menulislah untuk berbagi, agar ceritamu abadi.

Merayakan Dua Belas Tahun Perjalanan

Tim SAFEnet saat team building di Kintamani Agustus 2024 lalu.

Setelah absen satu tahun, Laporan Tahunan SAFEnet terbit lagi.

Tahun lalu kami tidak bisa menerbitkan Laporan Tahunan tersebut karena satu dan lain hal yang bersifat internal. Karena itu, alhamdulilah, tahun ini kami bisa menerbitkan laporan itu lagi. Tepat pada saat kami merayakan ulang tahun ke-12 pada 27 Juni 2025.

Banyak hal layak dirayakan selama perjalanan tahun lalu. Pertama, kami bisa melakukan transisi organisasi dengan baik setelah pergantian pengurus pada Desember 2023.

Melalui proses berlarut-larut selama lebih dari sepuluh bulan dan sedikit drama, akhirnya, urusan legalitas perkumpulan pun beres juga. Perubahan akta disahkan Menteri Hukum dan HAM pada Oktober 2024 lalu. Tak sekadar legalitas, akta perubahan ini yang menjadi dasar untuk printilan perubahan lainnya: rekening bank, laporan pajak, kontrak, dan lain-lain.

Kedua, secara internal, kami juga terus memperbaiki diri dengan aturan-aturan organisasi. Sebagai anak bawang yang baru berusia 12 tahun, kami terus berusaha melengkapi kebijakan, panduan, dan aturan lain. Misalnya, manajemen pengetahuan, antikorupsi, pengelolaan data dan informasi, pencegahan kekerasan seksual, dan lainnya.

Ketiga, dari sisi program, kami merasa terus berkembang. Sejak awal tahun lalu, antara lain, kami sudah menetapkan bahwa selama tahun 2024 kami akan lebih mendorong program kesetaraan dan inklusi. Alasannya, kami kurang memerhatikan kelompok difabel dan masyarakat adat dalam program-program kami.

Setelah tahun lalu memulai dengan sejumlah inisiatif kecil, tentu saja termasuk membuat rencana program, tahun ini upaya tersebut menunjukkan hasil. Dari awal 2025 kami sudah tancap gas dalam program peningkatan kapasitas keamanan digital untuk kelompok Tuli. Tahun ini akan lebih banyak lagi.

Keempat, ah, banyak sekali yang bisa dituliskan. Ini sekadar ringkasan angka-angka:
• Menerima lebih dari 2.400 aduan pelanggaran hak-hak digital
• Melaksanakan 47 kegiatan peningkatan kapasitas
• Mendampingi 14 organisasi dalam keamanan digital
• Menjangkau lebih dari 750.000 audiens di media sosial
• Mengelola lebih dari Rp 9,5 miliar dana

Aku salin tempel kata pengantar laporan tersebut agar bisa memahami kenapa kerja-kerja kami semakin relevan untuk situasi politik saat ini.

Sebuah video terbaru dari Wakil Presiden Gibran Rakabuming diterbitkan di kanal YouTube pada 25 April 2025. Dalam waktu kurang dari 24 jam, video itu justru ramai dibicarakan di platform media sosial lain, Twitter. Pemicunya, video itu baru ditonton kurang dari 4.000 view, tetapi sudah disukai 47.000 kali.

Pengguna Twitter di Indonesia, mempersoalkan keanehan tersebut. Video baru ditonton kurang dari 4.000, tapi kok sudah disukai 47.000 kali? Aneh. Maka, sebagian pengguna Twitter pun bertanya ke Grok, aplikasi kecerdasan buatan Twitter, terkait keanehan tersebut.

Menurut Grok, video Gibran yang mendapatkan 47.000 like dengan hanya 3.993 view kemungkinan karena like dibeli atau bot, praktik umum untuk meningkatkan popularitas. Rasio like-to-view ini tidak wajar dan menunjukkan manipulasi engagement, hal yang sering terjadi pada figur publik.

Kontroversi itu menarik karena satu hal, bagaimana manipulasi informasi dengan membeli jumlah penyuka di YouTube itu bisa dijawab dengan kecerdasan buatan lain di platform berbeda, Twitter. Situasi tersebut mencerminkan medan pertempuran baru saat ini di ranah digital. Negara dan aparatnya, secara terbuka maupun diam-diam, terus melakukan praktik operasi informasi, termasuk menggunakan teknologi seperti kecerdasan buatan untuk memanipulasi informasi dan, tentu saja, opini publik.

Informasi adalah senjata. Ranah digital adalah palagannya.

Maka, adalah keniscayaan bahwa masyarakat sipil juga harus terus memperkuat diri agar mampu mengimbangi masifnya perang informasi oleh negara tersebut. Tidak ada lagi pilihan selain terus menerus menambah pengetahuan, mengasah keterampilan, dan membangun sekutu untuk menghadapi otoritarianisme digital yang kian banal.

Teknologi digital yang terus berkembang adalah peluang untuk memperkuat perjuangan. Sejarah telah membuktikan bahwa media sosial membuat solidaritas dan soliditas sesama masyarakat sipil di Indonesia dalam gerakan-gerakan pembelaan dan perlawanan, seperti dalam gerakan #ReformasiDikorupsi, #IndonesiaGelap, dan #TolakRevisiUUTNI. Tanda pagar telah menambah kekuatan.

Alasan keberadaan (raison d’etre) SAFEnet adalah untuk membela mereka yang menjadi korban represi digital. Mereka yang menjadi korban pemutusan akses internet, pembungkaman terhadap ekspresi, serangan digital, dan kekerasan berbasis gender online (KBGO). Sejak kelahirannya, SAFEnet terus mendampingi korban-korban represi digital tersebut melalui advokasi, peningakatan kapasitas, dan tentu saja terlibat dalam gerakan-gerakan demokrasi digital di tingkat lokal, regional, maupun global.

Laporan ini tidak semata sebagai bentuk pertanggungjawaban kami terhadap warga, kepada siapa kami bekerja, tetapi juga untuk menjaga nyala energi di tengah makin lalimnya kekuasaan saat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *