![](https://jossgandossacademyschool.files.wordpress.com/2020/02/sungai-di-kebun-kopi.jpg?w=1024)
Tak ada liburan ke luar negeri tahun ini.
Semula kami merencanakan akan liburan ke Vietnam akhir tahun ini. Liburan sok-sokan kelas menengah ngehek ini melanjutkan tradisi dua tahun terakhir di Thailand (2016) dan Malaysia (2017).
Namun, rencana itu berubah begitu dolar terus naik sementara kami belum membeli tiket pesawat. Ketika kami memeriksa tiket pesawat Denpasar – Ho Chi Minh City pergi pulang via Kuala Lumpur awal tahun ini, total tiket sekitar Rp 10 juta untuk berempat. Harga itu tak jauh beda dengan ke Bangkok dan Kuala Lumpur juga.
Begitu dolar terus naik, harga tiket sudah hampir dua kali lipat. Karena rupiah terus memburuk, harga hotel pun demikian. Hitung-hitung anggaran ditambah rencana pengeluaran besar tahun depan, rasanya tak masuk akal.
Maka, liburan akhir tahun ke Vietnam pun kami coret dari rencana.
Alternatifnya, kami berencana ke Semarang. Ide liburan ke ibu kota Jawa Tengah ini sudah ada sejak libur Lebaran lalu. Cuma, pas Lebaran juga batal karena harga kereta tidak bersahabat sama sekali akibat tuslah Lebaran.
Toh, rencana ke Semarang via Solo itu juga tak jadi juga tahun ini.
Beberapa hari menjelang rencana berangkat, tiket keburu naik terus. Hampir dua kali lipat. Namun, hal lain yang paling mengkhawatirkan adalah cuaca. Kami cek berita-ramalan cuaca di Semarang sesuai hari rencana kami liburan tidak terlalu bagus.
Salah satunya video yang kami dapatkan malah kondisi hujan badai di kota pinggir pantai itu. Makin yakinlah kami. Batalkan saja dulu rencana ke Semarang.
Terus ke mana?
![](https://jossgandossacademyschool.files.wordpress.com/2020/02/teluk-love-jember.jpg?w=1024)
Yowis. Cari lokasi yang masih asyik buat liburan sembari mampir kampung halaman di Lamongan. Kami pun sepakat, yuk liburan ke Jember dan Bromo. Bisa sekalian mampir kota Probolinggo. Toh, dia sejalur dengan tujuan perjalanan.
Maka, pada selama sepuluh hari pada 17-26 Desember 2018, kami jalan-jalan liburan kali ini ke tiga tempat utama: Jember, Bromo, Probolinggo, plus mampir Lamongan.
Cerita tiap tempat jalan-jalannya nanti terpisah saja. Terlalu banyak untuk dibuat jadi satu tulisan. Sekarang soal suka dukanya saja melakukan perjalanan estafet semacam ini.
Dari sisi biaya, total biaya perjalanan kali ini buntutnya ternyata tak jauh beda juga sama liburan ke luar negeri dua kali sebelumnya. Padahal, bisa dibilang, kami sudah berusaha menghemat pengeluaran selama perjalanan.
Untuk transportasi, misalnya, kami memilih transportasi publik relatif murah. Naik bus daripada travel. Naik kereta kelas ekonomi daripada bisnis atau eksekutif. Hotelnya pun melati atau bintang tiga, bukan apartemen layaknya dulu di Bangkok dan Kuala Lumpur.
Pesan pentingnya, kalau pertimbangannya anggaran, liburan di dalam negeri belum tentu lebih murah. Apalagi jika lokasinya lebih jauh, misalnya Flores atau Sulawesi.
Dari sisi kemudahan transportasi, liburan kemarin juga rasanya lebih susah. Harus berganti-ganti dengan banyak moda. Bus, kereta api, angkutan desa, bemo, jip, kuda, sampai sewa mobil pribadi.
Dibandingkan, misalnya ke Kuala Lumpur tahun lalu, rasanya lebih merepotkan. Kalau di KL kan tinggal sewa mobil selama di sana plus sopir. Tinggal duduk manis, tentukan tujuan, sampai dah. Tidak perlu naik turun.
Namun, dengan segala kerepotan itu, tentu saja tetap menyenangkan untuk bisa jalan-jalan bareng keluarga. Mengajak anak-anak menjelajah negerinya sendiri. Tahu dunia luar tak hanya apa yang mereka lihat sehari-hari. Juga tahu bahwa dunia amat luas, lebih luas dari sekadar gawai atau layar komputer yang mereka pelototi sehari-hari.
Leave a Reply