Rumah Tulisan

maka, menulislah untuk berbagi, agar ceritamu abadi.

Menghindari Pengintaian Mata-mata dalam Genggaman

Digital security and online privacy discussion in Sloka Institute. Christo from Tactical Tech shares his experience and opinion about how government and private companies use data dan metadata from users without their concerns.

Telepon seluler adalah alat mata-mata terbesar yang pernah ditemukan.

Dulu kala, pengintaian dilakukan secara konvensional. Mata-mata, misalnya polisi, secara diam-diam akan mengikuti ke mana pun kita pergi. Kita tak tahu mereka sedang mengawasi.

Sekarang berubah sebaliknya.

Alat untuk mengintai itu sekarang berada dalam genggaman. Kita membawanya ke mana-mana. Hebatnya lagi, kita sebagai pengguna dengan penuh kesadaran kemudian menyebarkan posisi, kegiatan, makanan, keluarga, atau apapun hal-hal privat tentang kita.

Telepon seluler (ponsel) membuat kita menjadi begitu terbuka. Atau kita memang tidak menyadarinya?

Christo, programmer dari Tactical Technology, lembaga non-profit yang berkantor di Berlin, Jerman membagi pengalaman dan pendapatnya tentang bagaimana ponsel telah mengintai kita selama ini. Sore tadi dia hadir di Sloka Institute, ngobrol lesehan tentang digital security dan online privacy.

Menurut Christo, ponsel menjadi alat untuk mengintai (surveillance) dan melacak (tracking) setidaknya dengan tiga cara.

Pertama, melalui GPS dalam ponsel. Hampir tidak ada ponsel yang tidak dilengkapi dengan Global Position System (GPS) ini. Alat ini sudah ada di tiap ponsel.

Prinsip kerjanya, ponsel akan mengirim posisi terakhir ke satelit. Dengan begitu, dengan mudah lokasi kita akan diketahui segera.

Kedua, melalui menara penyedia layanan telepon (BTS). Tiap ponsel memiliki alat penerima dan pengirim sinyal. Tiap kali berjalan, ponsel itu akan mencari atau menerima sinyal dari menara BTS paling dekat.

Jadi, katakanlah kita berjalan dari kota A ke desa B, maka dengan mudah jalur yang kita lalui akan diketahui dari rekaman BTS mana saja yang mendapatkan atau mengirimkan sinyal ke ponsel kita.

Menurut Christo, dengan menggunakan tiga BTS terdekat dari ponsel kita, lokasi kita akan dengan mudah diketahui titik koordinat bahkan termasuk ketinggiannya. Artinya, jika kita berada di sebuah gedung, maka lantai kita pun akan diketahui.

Ketiga, melalui wifi, termasuk IP address. Jika kita mengakses sebuah layanan wifi, maka tentu saja wifi akan mendeteksi ponsel kita.

Beberapa program bisa dengan mudah mengetahui identitas ponsel tersebut dan pemiliknya. Apalagi jika kita menggunakan wifi publik atau layanan yang meminta kita memasukkan nama, email, no telepon, dan identitas pribadi lainnya.

Sebagian besar data yang diperoleh dari tiga cara pengintaian tersebut biasanya berupa metadata. Sederhananya, metadata adalah data tentang data. Contohnya jam berapa kita lewat di sana, siapa yang kita telepon, apa saja yang kita akses, dan seterusnya.

Metadata seolah-olah tak begitu penting bagi kita, tapi jelas sangat berguna bagi negara dan korporasi. Mereka bisa memantau pengguna ponsel dan menggunakan untuk keperluan mereka.

Dalam contoh untuk penggunaan berguna, misalnya, polisi menggunakan metadata itu untuk memantau pelaku tindak kriminal. Bisa pula digunakan untuk melihat di mana lokasi ponsel kita sekiranya hilang atau dicuri.

Namun, data itu juga bisa disalahgunakan. Korporasi, misalnya, menggunakannya untuk mengirim pesan promosi berdasarkan lokasi kita. Beberapa teman mengaku mendapatkan pesan promosi diskon donat ketika melewati salah satu gerai donat. Bisa juga misalnya kirim pesan selamat datang ketika kita baru tiba di negara lain.

Lalu bagaimana cara mengamankan diri agar ponsel tidak menjadi alat untuk memata-matai kita?

Christo menawarkan setidaknya tiga cara: meninggalkan telepon, mematikan GPS, dan wifi pada ponsel.

Meninggalkan telepon bisa jadi pilihan ekstrem. Bagi kita di Indonesia mungkin tidak terlalu berbahaya jika posisi kita diketahui. Tetapi bagi mereka yang rentan, semacam aktivis, posisi yang bisa dilacak itu amat berbahaya.

Kerentanan bertambah bagi mereka yang tinggal di daerah atau negara konflik. Jadi, jika memang tidak perlu-perlu amat, tinggalkan saja ponsel di rumah.

Strategi lain adalah dengan mematikan GPS. Ini biasanya ada di pengaturan ponsel. Tinggal dimatikan saja fasilitas Geo Locationnya. Dengan begitu, lokasi tidak mudah diketahui.

Terakhir dengan mematikan wifi terutama jika bergerak. Selain bisa menghemat daya juga bisa membantu kita agar tidak terus terpantau di mana lokasi kita.

Selain itu, penggunakan beberapa aplikasi penyamaran dan pembiasan juga membantu untuk melindungi kita. Apa saja aplikasinya? Silakan cek lebih lanjut di MyShadow.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *