Tiba-tiba, Laki-laki itu Menghentikanku!

0 No tags Permalink 0

Aku kaget. Kemarin, tiba-tiba orang itu menghentikanku! Aku sedang pulang dari Pulau Serangan setelah liputan soal terumbu karang. Aku agak ngebut ketika orang berdiri di pinggir jalan itu melambai-lambaikan tangan. Kulihat sekilas lewat spion. Tidak ada siapa-siapa di belakang. Pasti dia menyuruhku. Aku segera berhenti, meski telah melewatinya.

“Kenapa, Pak?” tanyaku.

“Numpang, nggih. Tiang (aku, dalam bahasa Bali halus) mau ke Sesetan,” jawabnya.

Aku tidak bisa berpikir panjang. Aku diam belum ngasi jawaban ketika laki-laki itu sudah duduk di belakangku.

“Tiang pake udeng aja, ya. Biar gak ditangkep polisi,” katanya setelah duduk.

“Ya, terserahlah,” batinku. Polisi di Bali memang toleran pada umat beragama. Kalau ada pengendara motor pake udeng atau kopiah memang tidak ditilang. Jadi, kadang-kadang bisa pura-pura pake udeng atau kopiah biar tidak ditilang, padahal memang lupa bawa helm. 🙂

Kami melaju. Laki-laki berkamen (sarung) biru, berbaju hitam, dan berudeng hitam itu ngomong dalam bahasa Bali logat Serangan. Aku tidak terlalu mengerti. Dia bilang mau melayat orang mati di Sesetan. Aku konsentrasi siap-siap jika dia melakukan sesuatu padaku. Ya, aku kan gak kenal dia sama sekali. Omongannya agak kacau. Gak jelas. Tampangnya juga serem. Dan, dia berada di belakangku persis.

“Gimana kalau dia tiba-tiba menusukkan belati ke pinggangku lalu membawa lari motorku,” pikirku curiga.

Jalanan sepi. Sesekali aku melihat orang itu dari spion. Tangannya seperti mengambil sesuatu. Motorku sampai bergoyang. Aku tambah deg-degan.

Kami semakin mendekati Denpasar. Jalana ramai. Paling tidak, aku tidak terlalu deg-degan. Kalau ada apa-apa kan banyak yang lihat. Aku tinggal teriak.

“Sesetan mana, Pak?” tanyaku.

“Jalan saja, ntar tak tunjukin,” katanya.

Aku semakin curiga. Ya, sudahlah. Karena dia tidak mau nyebut pasti. Biarlah dia ikut aku saja. “Tapi gimana kalo nanti dia ternyata orang gila yang mau saja ikut aku. Gawat juga,” pikirku.

Kami sudah sampai Sesetan. Tapi orang itu tidak jelas mau ke mana. Akhirnya aku bawa ke jalan kecil yang dia tunjuk. “Be, Pak. Dini gen tuun,” kataku. Maksudnya: Sudah, Pak. Sini saja turun. Laki-laki itu ternyata mau. Aku segera pergi. Ketika sudah jalan, aku lihat lewat spion. Laki-laki itu juga menghentikan orang lain. Tapi yang dicegat tidak mau, malah ngebut. Aku semakin jauh dan gak melihatnya lagi.

-Ya, jelek juga sih negatif thinking ma orang lain. But, gak ada salahnya jaga-jaga. Jangan-jangan dia memang mau jahat ma aku. Toh, dauh tak turutin apa maunya-

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *