Ini hanya sebuah pemikiran dan tawaran.
Munculnya setelah Jumat malam lalu aku diundang diskusi untuk berbagi pengalaman tentang media komunitas dan jurnalisme warga oleh pegiat pers mahasiswa (persma).
Maka, menulislah untuk berbagi. Agar ceritamu abadi.
Tiga bulan terakhir, aku mulai nulis di Rappler.com
Ini media baru. Setidaknya aku baru tahu pertama kali ketika September 2014 lalu ikut acara Fourth Media Jakarta Forum CFI di Jakarta. Saat itu aku satu forum dengan pendiri Rappler, Maria Ressa, meski beda sesi.
Dua kegiatan berbeda ini membawa pesan sama, tiap orang adalah pembawa pesan itu sendiri.
Kegiatan pertama adalah 4M Jakarta, pertemuan dua hari tentang jurnalisme, media baru (new media), dan media sosial pada 23-24 September. Kegiatan ini diadakan lembaga dari Perancis, Canal France International (CFI) bekerja sama dengan AJI Indonesia.
Menjelang berakhir, diskusi kami ternyata malah memanas.
Dua pihak berargumentasi dengan keras. Bahasa tubuh keduanya pun sama. Sony si fotografer berbicara dengan lantang. Dia berdiri bangkit dari kursi ketika semua peserta duduk. “Tidak bisa. Jurnalis itu seharusnya melaporkan kasus itu ke polisi,” kata Sony.
Oktober ini sepertinya jadi bulan baik bagiku.
Minggu lalu, untuk pertama kalinya dua tulisanku dimuat koran Jakarta Globe. Tulisan tersebut, pertama tentang perusahaan perhiasaan di Bali UC Silver, dan kedua tentang paragliding. Keduanya dimuat pada edisi yang sama, 5 Oktober 2013.
Lalu, kemarin ada kejutan lain. Dua tulisanku yang lain juga dimuat di majalah Forbes Indonesia edisi Oktober 2013. Meskipun sudah ada info sebelumnya bahwa tulisanku akan dimuat di edisi Oktober, tetap saja ini kejutan.