Setelah Sloka Institute jadi Korban Perburuan

0 , Permalink 0

penghargaan-untuk-sloka-institute

Apa yang sudah aku siapkan tiba-tiba menguap entah ke mana.

Di depan ratusan orang, aku mendadak seperti gagap. Lupa dengan kalimat-kalimat penuh semangat yang sempat aku ingat. Tak ada kata-kata indah yang sudah aku siapkan.

Penyakitku kumat. Susah sekali ngomong bagus kalau di depan banyak orang. Apalagi kalau mendadak begini. Serasa demam panggung.

Sebelumnya memang sudah ada informasi bahwa kami, Sloka Institute, akan mendapatkan penghargaan. Tapi, sebelum akhirnya nama Sloka disebut, aku masih tidak terlalu yakin. Jangan-jangan hanya sebagai salah satu kandidat penerima, bukan penerima itu sendiri.

Lalu, nama Sloka Institute disebut Kamis malam kemarin sebagai penerima. Aku maju ke panggung. Menghadap ratusan orang. Lampu panggung amat menyilaukan. Sambil membawa piala dan piagam, aku maju ke podium.

“Terima kasih Kementerian Kominfo atas penghargaannya. Semoga anugerah ini memperbesar energi kami di Sloka Institute untuk mengajak lebih banyak orang untuk berbagi informasi..”

“Sebagaimana yang kami yakini informasi adalah kekuatan. Karena itu harus dia harus terus dibagi kepada mereka yang selama ini belum mendapatkan.”

Kurang lebih begitu “sambutan terima kasih” dengan beberapa kali terputus dariku di Malam Anugerah Komunikasi Indonesia (AKI) 2016 di Makassar kemarin malam. Malam itu Sloka Institute mendapatkan anugerah tahunan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kementerian Kominfo) dan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) tersebut.

AKI diberikan kepada komunitas atau individu yang dianggap melakukan praktik baik dalam komunikasi. Ada tujuh orang dan lembaga yang mendapat AKI 2016.

Untuk lembaga publik yang mendapatkan selain Sloka Institute di kategori pemberdayaan ada juga Ruang Antara dari Makassar untuk kategori literasi media dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Mekarjaya dari Bandung.

Untuk individu yang dapat ada Edi Fadhil dari Aceh di bidang komunikasi sosial. Prof Yusny Saby dari Aceh untuk kategori komunikasi perdamaian. Prof Hendra Gunawan dari Bandung untuk kategori pendidikan. Juga Romses Ohee dari Papua untuk kategori kebangsaan.

Berada di antara orang-orang yang dianggap telah berdedikasi di negeri ini tentu saja menyenangkan. Dan, jujur saja, tentu membanggakan. Merasa ada juga yang mengapresiasi yang selama ini sudah kita lakukan.

Apalagi, menurut Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo, Rosita Niken Widyastuti, AKI bukanlah lomba. “Kami memburu para calon penerima,” katanya.

Sloka Institute menjadi salah satu yang diburu.

Pada pertengahan Septmber lalu, tim dari Kementerian Kominfo datang ke kantor kami. Syukurnya sih aku tidak jadi korban pemburuna mereka karena sedang bersembunyi di Myanmar.

Selama kunjungan di Sloka, pada awalnya tim Kementerian Kominfo lebih banyak menggali tentang BaleBengong.net, media jurnalisme warga yang kami kelola bersama Bali Blogger Community (BBC). Namun, setelah melihat lebih lanjut, menurut panitia, penghargaan justru diberikan pada Sloka.

Tentu saja menyenangkan mendapatkan penghargaan ini. Ternyata ada juga yang mengapresiasi apa yang selama ini kami lakukan. Apalagi pemerintah, lembaga yang selama ini kami anggap paling tidak peduli, yang memberikan.

Selama ini, terutama di Bali, pemerintah lokal rasanya tidak pernah sama sekali melihat kami. Isu keterbukaan informasi atau jurnalisme warga tidak termasuk hal seksi yang bisa menarik perhatian.

Tapi hal lebih penting tentu bagaimana tindak lanjut setelah ini. Semoga setelah penghargaan ini akan ada dukungan dalam kegiatan di lapangan. Biar tak hanya penghargaan setelah itu dilupakan.

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *