Perjalanan ke Alas Purwo Banyuwangi

0 No tags Permalink 0

Ketika ada teman yang mengajak liburan ke Banyuwangi, aku mengiyakan saja. Kenapa tidak? Kalo gak salah sudah tiga tahun ini aku Nyepi di Bali. Terakhir aku keluar Bali pas Nyepi sekitar 2001 lalu. Waktu itu ke Lombok. Menikmati Senggigi, Kute, Narmada, Sesaot, Gili Meno, juga ayam bakar Taliwang. Hm, pedesnya siapa tahan..

So, Nyepi ini aku ikut saja ke Banyuwangi. Toh, biasanya juga hanya lewat. Itu juga kalo perjalananku ke Jawa lewat jalur selatan. Setiap tempat baru biasanya membuatku bersemangat. Mumpung liburan tiga hari. Jadi refreshing bentarlah.

Kamis sore kami sampai Ketapang. Wowok, temanku itu ngajak nginep di tempat om-nya. Jumat pagi kami baru dijemput Agung, teman kuliah yang sudah lulus. Sekarang dia kerja di Petrokimia Gresik untuk wilayah Banyuwangi. Nama tempat temenku tuh asik juga, Glenmore. Mirip2 bahasa Inggris atau Belanda. Kata Agung sih memang dari bahasa Belanda. Kurang lebih artinya dataran tinggi. Dulu banyak Londo tinggal di Glenmore untuk ngurus kebun. Daerah ini memang banyak perkebunan sampai sekarang.

Jumat tidak terlalu menarik. Kecuali ketika Jumatan di salah satu masjid tapi yang khotbah hanya ngomong pake bahasa Arab. Padahal itu di kampung kecil. Aku gak yakin kalau yang jumatan pada ngerti bahasa Arab. Heran aja. Kenapa tidak pake bahasa yang bisa dimengerti jamaah-nya?

And, finally, Sabtu tiba. Ini waktunya jalan-jalan. Kami memilih ke Taman Nasional Alas Purwo. Beberapa kali niatku ke tempat ini selalu gagal. Terakhir kali Agustus lalu mau ikut rame-rame eh gagal juga. Dari teman yang sudah pernah berkunjung, tempat ini asik karena masih ada macan dan meraknya. Pantai G-Land bahkan dikenal sebagai salah satu tempat surfing terbaik di dunia. Beberapa majalah surfing yang aku tau memang menyebut begitu.

Pukul 08.30 WIB kami mulai perjalanan. Empat orang naik Kijang. Satunya lagi Dika, adiknya Agung yang sudah pernah ke sana. Itung-itung jadi guide lokal lah. He.he.

Ternyata perjalanannya jauh juga. Dari Glenmore sampai pintu masuk pertama, Pasaranyar perlu waktu sekitar dua jam. Padahal lumayan ngebut. Di pintu masuk ini kami dapat informasi bahwa perjalanannya akan lebih susah. Masuk hutan. Jalan rusak. Banyak binatang liar. Sepi. Dan perlu waktu sekitar tiga jam lagi untuk sampai G-Land, pantai yang membuatku penasaran.

Well, bukankah niatnya memang jalan-jalan. Kami maju aja.

Ternyata benar. Setelah pos pertama, Pasaranyar, jalanan rusak parah. Dimana-mana berlubang. Kijangnya pun oleng. Hampir satu jam kami melewati jalan ini seperti melewati ombak di lautan. Ada satu dua kampung yang masih kami temui melewati jalan ini. Juga ada pencari kayu naik sepeda atau anak-anak bertelanjang dada. Di tengah perjalanan, tiga ekor merak berjalan melintas. Wow, merak memang indah. Apalagi diliat di habitat aslinya.

Pos kedua yang kami temui ada di Rowobendo. Di pos ini ditanya darimana mau apa dst. Ada informasi soal Taman Nasional Alas Purwo. Misalnya bahwa Alas Purwo adalah kawasan konservasi seluas 43.420 hektar. Dan di dalamnya ada harimau, merak, banteng, penyu, kijang, dll. Beberapa tempat di dalamnya adalah Pantai Plengkung (G-Land), Trianggulasi, Sadengan, Rowobendo, Ngagelan, Pancur, dan Gua Istana yang dipake orang untuk semedi.

Untuk masuk kami mesti bayar 2.500 per orang.

Setelah pos kedua ini, jalanan mulai bagus. Setidanya tidak rusak lagi. Jalanan berbatu. Suasana jauh lebih sepi. Kata petugasnya kalau jalan pelan bisa ketemu macan atau banteng. Sayangnya tidak satu pun kami temui. Dalam perjalanan kamu melihat Pura Alas Purwo. Umat Hindu Bali tidak sedikit yang sembahyang ke sini.

Sekitar setengah jam kami melewati jalan ini. Sepi banget. Kanan kiri kami hanya pepohonan. Ada perkutut, ketilang, atau burung lain dengan cuek di tengah jalan.

Pos terakhir adalah pos Pancur. Ada warung di tempat sini. Untuk ke G-Land, ternyata kami harus naik angkutan yang disediakan petugas. “Jalannya rusak. Kijang tidak mungkin bisa,” kata petugas itu. Biayanya Rp 100 ribu. Gila, mahal juga.. Maunya sih nawar. Tapi mentok. Daripada balik ya pilih bayar saja.

Perjalanan pun berganti dengan Landrover. Awalnya sih jalannya bagus. Eh, di tengah jalan ternyata memang parah. Kami melewati jalan rusak berlumpur. Landrover itu masuk ke lumpur yang dalamnya mungkin sampe semeter. Ban mobil seluruhnya masuk ke lumpur. Waah, ini perjalanan yang benar-benar gak kusangka. Jauh lebih mengasikkan ternyata.

Selama sejam, kami melewati jalanan yang hampir seluruhnya rusak gitu. Kadang turun untuk otak-atik mesin yang mati atau hanya poto2. Pukul 02.30 pm sampai juga di G-Land. Warga setempat menyebutnya Pantai Plengkung.

Hiks, ternyata pantainya gak sebagus yang ku kira. Pantai ini berkarang. Pasirnya sih putih. Tapi dikit banget. Tidak landai kaya Kuta, Sanur, atau Senggigi. Udah gitu kotor. But, ombaknya memang bagus untuk surfing. Tinggi dan panjang. Sayangnya lagi sepi. Jadi gak bisa ngliat orang surfing. Hanya ada tiga. Bule semua.

Ternyata perjalanan jauh lebih menyenangkan daripada tempat tujuannya.

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *