Orang-orang Bersahaja di Nusa Penida

0 , Permalink 0

Ngorta di Nusa Penida

Akhirnya kesampaian melali lagi ke Nusa Penida.

Niatnya sudah sejak sekitar tiga bulan lalu. Tapi, gagal terus karena banyak alasan. Mumpung liburan panjang dan menjelang puasa Ramadhan, kami pun ke pulau ini lagi.

Cuma dua hari sih. Tapi ya tetap menyenangkan.

Selain jalan-jalan, ceritanya nanti di bagian lain saja, hal menyenangkan dari liburan kali ini adalah tentang orang-orang bersahaja di Nusa Penida, pulau terpisah dari Bali daratan ini.

Mereka banyak membantu kami selama jalan-jalan di Nusa Penida. Mulai dari rencana awal, jalan-jalan, hingga penginapan. Aku yakin banyak sih orang seperti mereka. Ini hanya sebagian di antaranya.

Pertama tentu saja Wayan Sukadana. Kami kenal sudah sejak tahun 2013 lalu ketika Sloka Institute membuat kelas jurnalisme warga di pulau ini. Wayan termasuk tokoh penggerak anak-anak muda Nusa Penida.

Setelah pelatihan itu, kami jadi lebih sering berdiskusi, terutama lewat media sosial. Dia termasuk aktif di Facebook. Sesekali, dia juga nulis di BaleBengong dan terutama di Nusa Penida Media, yang dikelola komunitas anak-anak muda Nusa Penida.

Wayan termasuk pendiri Forum Diskusi Krama Muda Nusa Penida, semacam think tank tentang Nusa Penida. Namun, kelompok ini tak hanya berdiskusi. Mereka juga aktif menggerakkan komunitas lokal. Salah satu agenda tahunan mereka adalah Festival Nusa Dua, yang mengenalkan pulau ini ke skala lebih luas.

Sebagai penggerak, penampilan Wayan ini biasa. Sederhana sekali. Padahal, dia sekarang menjadi Direktur Perusahaan Daerah Nusa Kerta Kesala milik Pemerintah Kabupaten Klungkung. Dia memang termasuk orang dekat Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, yang juga berasal dari Nusa Penida.

Meskipun dekat pejabat, menurutku, Wayan tetap bersikap kritis. Dia sudah menunjukkannya dalam beberapa kali kesempatan. Bisa jadi karena dia juga pernah menjadi fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Pengalaman itu pula yang membuat Wayan tetap memiliki ide-ide kreatif dan berbeda, sesuatu yang tak setiap orang punya.

Sebagai teman, Wayan juga baik hati dan rajin menolong. Begitu pula dalam liburan kami kali ini. Hehehe..

Dialah yang mengenalkan kami pada dua figur lain, Made Sutarsa dan Gede Sukara. Keduanya baru aku kenal kemarin pas ke sana.

Sutarsa seumuran dengan kami. Dia mendirikan hotel barunya di sisi timur pulau bernama Gepah Garden. Jaraknya hanya sekitar 50 meter dari pantai. Ada lima kamar di tiga bangunan terpisah dengan tarif Rp 250 ribu – Rp 300 ribu per malam.

Meskipun baru ketemu, aku merasakan Sutarsa sebagai orang sederhana. Dia menyambut kami sendiri ketika baru sampai. Dia bahkan membawakan tas kami ke kamar.

Padahal, dia lho pemilik hotelnya.

Sutarsa juga berbaik hati mengantarkan kami sambil jalan-jalan menikmati sore di pantai di dekat penginapannya. Dia bercerita tentang desanya, tentang usahanya, juga tentang mimpi-mimpinya.

Pada malam hari, Sutarsa menjamu kami dengan ikan tongkol bakar lengkap dengan sambal matahnya. Dan, seperti biasa, lidah dan perut adalah bagian terbaik untuk menikmati sebuah perjalanan termasuk ke Nusa Penida.

Ikan bakar ala Bli Made Sutarsa ini kemudian dikenang Bani, anak pertama kami sebagai salah satu menu paling nikmat dalam hidupnya hingga saat ini. Lebay tapi ya begitulah adanya..

Orang ketiga adalah Gede Sukara, pemilik akun Mae Melali ke Nusa Penida di Instagram dan Facebook. Di balik gaya pendiamnya, Gede ini tahu semua titik menarik di pulau kelahirannya.

Makanya, kalau butuh pemandu jalan-jalan selama di Nusa Penida, dia bisa jadi pilihan tepat. Sebagaimana dia mengantarkan kami melali satu hari di pulau ini.

Dengan dua sepeda motor, kami menjelajah dari penginapan di ujung timur ke sisi barat daya pulau selama sekitar 1 jam. Kami membelah pulau, naik turun di jalanan desa yang agak rusak, jalan kaki menuruni lembah, sebelum kemudian tiba di mata air tersembunyi di Pantai Tembeling.

Gede yang memandu kami hingga bisa sampai pantai ini. Meskipun kurang komunikatif karena saking pendiamnya, Gede bisa menunjukkan lokasi-lokasi asyik dan tersembunyi di Nusa Penida.

Dia melengkapi dua orang bersahaja lainnya, Wayan dan Made.

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *