Musik, Rambut, dan Pemberontakan

5 No tags Permalink 0

ADA gejala menarik di Bali seiring tumbuh suburnya kelompok musik punk akhir-akhir ini. Agak prematur mungkin untuk menyebutnya, tetapi ada kecenderungan bahwa diterimanya kelompok musik punk semacam Superman Is Dead (SID) membuat atribut-atribut punk menjadi sesuatu yang tak lagi asing. Lihatlah, misalnya, pada penggunaan kalung rantai, gelang bergerigi tajam, atau atribut punk lainnya yang dipakai remaja di Bali. Sekali lagi, perlu dikaji lebih dalam hubungan sebab akibat popularitas punk dengan maraknya atribut ini. Namun dalam sejarah, mode — sebagai sesuatu yang mapan, memang berhubungan erat dengan simbol-simbol gerakan (atau ideologi bahkan) musik tertentu.Katakanlah rock n’roll tahun 1970-an, yang dilambangkan oleh kelompok semacam Beatles, Queen, Rolling Stone, dan seangkatannya. Identitas kelompok ini diwujudkan melalui rambut gondrong, celana ketat, jaket kulit, dan semacamnya. Reggae dengan rasta-nya bisa dikenali lewat baju pantai berwarna-warni, rambut panjang dan gimbal, serta kacamata pantai. Bob Marley kemudian menjadi semacam ikon kelompok ini. Atau musik R&B yang tergambarkan oleh mereka yang memakai baju dan celana gombrong serta kalung perak panjang.

Musik dan mode seperti bersimbiosis. Keduanya saling mendukung. Bisa karena mode itu dibawa kelompok musik tertentu lalu populer, bisa juga karena populer itu maka kelompok musik itu membawanya. Menariknya, jarang yang mengidentikkan mode itu dengan penyanyi solo. Model pakaian tertentu, sekali lagi lebih identik dengan jenis musik, bukan artis tertentu. Katakanlah seperti punk, yang selama ini lebih menempuh jalur indie label. Kelompok musik punk identik dengan dunia “bawah tanah” (underground) yang adalah perlawanan terhadap kemapanan. Hampir seluruh kelompok musik ini menolak komersialisasi oleh perusahaan besar.

Komunitas ini lalu menciptakan “pasar” sendiri untuk melawan pasar besar yang sedemikaian mapan. “Pasar” mereka melalui jalur distribusi sendiri yang lebih dikenal sebagai distro. Tidak hanya kaset, kemudian distro ini juga menjual atribut-atribut underground tersebut. Bahwa kemudian distro ini bisa terseret arus pasar besar, itu persoalan lain. Tapi, semangatnya, konon, tetap saja menolak kemapanan.

Namun memang jadi perdebatan di kalangan komunitas punk sendiri, apakah ideologi punk itu tetap terwakili oleh distro-distro tersebut atau tidak. Satu hal yang sulit dibantah adalah bahwa musik dan mode memang berhubungan dan saling menguntungkan.

***

Tidak hanya atribut-atribut yang menjadi ikon ideologi musik. Lihatlah pada hal yang — barangkali — bagi sebagian besar orang adalah sepele, rambut. Potongan rambut bisa menjadi simbol ideologi musik tertentu. Rambut gondrong terurai identik dengan rock. Musik ska identik dengan rambut warna warni. Punk dengan potongam rambut berdiri hanya pada bagian tengah kepala. Reggae dengan rambut gimbalnya. Pesan yang bisa ditangkap adalah bahwa mereka menolak kemapanan bentuk rambut yang “normal”.

Rambut, sebagai salah satu elemen mode, kemudian tidak hanya jadi simbol kelamin, juga simbol ideologi. Hal ini persis dengan apa yang dikatakan Anthony Synnot dalam bukunya “Tubuh Sosial”. Profesor di Departemen Sosiologi dan Antropologi di Universitas Concordia, Montreal itu mengatakan, “Ideologi yang bertentangan memiliki rambut yang berlawanan.” Ya, contohnya bisa pada ideologi musik itu tadi.

Munculnya kaum hippies pada tahun 1960-an di Amerika ditandai juga misalnya dengan potongan rambut ala kelompok rock n’roll itu tadi. Laki-laki yang biasanya identik dengan rambut pendek kemudian membiarkan rambut mereka terurai, sedangkan perempuan sebaliknya, tidak mau memanjangkan rambut. Isu yang diangkat kaum hippies ini juga meliputi anti-perang, seks bebas, dan pro-drugs. Rambut menjadi simbol perlawanan sekaligus sebagai mode. Rambut gondrong sekaligus merepresentasikan sikap kontra militer Amerika Serikat yang ketika itu sibuk dengan Perang Vietnam. Namun, gaya kaum hippies ini kemudian ditentang dengan gaya rambut sebaliknya oleh kaum skinhead. Ketika gaya rock n’roll mulai mapan, sekelompok anak muda mempelopori gaya rambut cepak ala militer atau bahkan plontos. Selain menolak gaya hippies yang dianggap banci, juga menolak kemapanan kaum ini. Tak hanya melalui gaya rambut, kelompok yang muncul bersamaan dengan adanya grup musik Sex Pistols di Inggris ini menggunakan atribut-atribut yang dianggap tak normal oleh masyarakat pada masa itu. Mulai dari lirik kasar hingga peniti yang dipasang pada telinga, rantai-rantai, gelang bergerigi, dan semacamnya. Rambut teratur, rambut panjang, dan rambut keriting dianggap sebagai sesuatu yang harus dilawan oleh anggota komunitas skinhead.

Perlawanan-perlawanan terhadap kemapanan generasi sebelumnya ini berganti-ganti hingga saat ini. Hippies dilawan skinhead, sementara skinhead dilawan punk. Punk dilawan heavy metal, dan seterusnya. Muncul gaya rambut berganti-ganti yang hampir semua menolak rambut normal itu tadi. Rambut ala ska dan punk yang berwarna-warni misalnya, menolak kemapanan rambut hitam atau blonde yang selama ini dianggap normal.

Dalam pandangan masyarakat awam, identitas “minoritas” ini kadang disalah-artikan melalui persepsi negatif. Sebab tidakkah selama kita sudah terbiasa dengan sesutau yang normal, dan mapan? Maka, ketika melihat anak punk dengan pakaian kebesarannya, tidak dapat dipungkiri bahwa seolah-olah melihat mahluk luar angkasa, sesuatu yang aneh. Seolah-olah itu salah. Padahal, bukankah benar salah adalah sesuatu yang relatif?

5 Comments
  • adi skinhead
    December 5, 2007

    saat ini yg harus dilawan adalah para poser / trendy wanker, dimana mereka hanya menggunakan punk dan subkultur lainnya sebagai movement dandysm atau ajang gaya2an. tanpa tahu apa esensi sebenarnya dari subkultur tsb. sebut saja para emokids yg kelakuannya gak jauh beda ma boysband yg selalu saja sibuk ma rambut polemnya. fuck off.

  • erick ningrat
    December 27, 2007

    justru elo yang fuck off …lo kayak avatar turun dari langit mengemban tugas suci untuk menyelamatkan musik punk dan kulturnya emang lo siapa!!!…manusia2 kayak elo yang menhancurkan punk!!!seni adalah kebebasan berekpresi,untuk setiap individu itu wajar…sex pistol aja terinspirasi dari ramones tampa harus mengikuti mentah2 idealis yang di miliki ramones,

    cc:gimbal sory gw ambil kutipan nya dikit”

  • p.,k
    December 28, 2007

    lo yang fuck off,,!!!
    ato lo emang emo kids,yang lagu lo teriak2 ga jelas?
    yang hanya berisikan ttg cinta!!
    orang2 kaya lo yang mestinya di hancurin,yang hanya memikirkan kepopuleran/uang,,
    lo jgn pernah ngomongin idealisme ke anak2 punk,,
    karna idealisme ga bakalan bisa di beli dg uang ato kepopuleran musik2 lo pada!!

  • erickningrat
    March 10, 2008

    @p.,k

    woi!!!!!
    ternyata coment gw ada yang tanggapi juga 🙂
    oke dari pada ngaku2 siapa yang paling gini gitu,mendingan kita debat di blog gw aja,
    lo bisa kasih coment lo sepuas ati lo tentang punk!!!
    oke bro dont give a shit!!
    gw tunggu!!

    http://www.erickningrat.wordpress.com

  • Teddy
    January 15, 2009

    Jangan pada asal ngomong. Semua yang berbau kebebasan itu : Anti Racist, en so on. itu adalah sama.
    klo lo bicara kebebasan maka lo akui kebebasan orang mau jadi apa. termasuk di dalamnya mau lo PUNK atau Skinhead bahkan laki – laki penggombal yang sekarang banyak nyanyi di Televisi. anggep aja mereka itu ras – ras yang mereka anut dan dianggap mereka bener !!!!!!!!!!!!!
    Mike ” MARJINAL ” said :
    SEMUA ORANG ADALAH MAJIKAN UNTUK DIRINYA SENDIRI JADI BEBASKANLAH DIRIMU

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *