Multi Level Marketing tuh Penghisapan!

0 No tags Permalink 0

Baiklah, aku tuliskan kembali. Aku hanya mengutip dari Manifesto Partai Komunis, -buku fotokopian usang bersampul hijau dengan stiker Marlboro di tengahnya. Ironis! Salah satu pinggirnya rusak dimakan rayap, seperti komunisme yang semakin usang itu kali-.

Sebanding dengan berkembangnya borjuasi, yaitu kapital, maka dalam perbandingan yang sama berkembang jugalah proletariat, kelas pekerja modern, yaitu suatu kelas buruh yang hanya hidup selama mereka mendapat pekerjaan dan mendapat pekerjaan selama kerja mereka mendambah besar kapital (hal 32).



Prosesnya kurang lebih demikian. Buruh menjual tenaga untuk memproduksi barang di pabrik yang milik pemodal. Lalu barang itu dijual dengan keuntungan tertentu untuk kemudian diambil pemodal. Dari situ pemodal mendapat untung, dan lalu menggaji buruh. Semakin besar modal, semakin besar untung yang didapat. Buruh akan tetap dipertahankan kalau mereka menghasilkan untung. Maka, tidak ada pilihan lain selain kerja, kerja, kerja, kerja,…. Menurut logika ekonomi, kata Adam Smith, itu wajar.

Tentu saja itu tidak adil. Dan, memang itulah sisi buruk kapitalisme. Sisi baiknya, sih banyak juga. Seperti aku bisa nulis di komputer, kirim surat lewat email, bikin blog, juga posting tulisan ini. :p

But, soal kapitalisme, aku pikir juga bener kata Ichlasul Amal ketika masih jadi rektor UGM Yogya. “Emang kita mau hidup di planet asing (lalu lari dari kapitalisme?),” katanya ketika diwawancarai majalah Balairung. Kali ini soal multi level marketing (MLM).

Seorang bekas teman, -lucu juga ya, bekas teman?- sekarang ikut MLM. Kalau cuma ML aja sih enak :p, but ini soal MLM. Padahal dulunya dia getol ngomong soal anti penghisapan dan seterusnya. Rak bukunya juga penuh dengan buku “kiri” seperti karya Semaoen, Tan Malaka, Karla Marx, Antonio Gramsci, dan seterusnya. Ya, kali soal pilihan hidup. Tapi apa yang dicari: Duit? Kebahagiaan?

MLM, apa bedanya dengan sisi gelap kapitalisme itu? Dia menghisap jauh lebih sadis pada tenaga orang lain. Langgengnya kapitalisme karena adanya modal berupa uang, entah pinjam atau warisan. Tapi MLM, modalnya apa? Jelas sangat sedikit uang lalu selebihnya adalah omong kosong. Anda harus membeli produk tertentu dengan harga yang jauh lebih mahal, bisa sampai puluhan kali lipat dari barang sejenis di pasar.

Barangnya bisa mulai sabun, pemutih kulit –ehm!-, minyak wangi –yang menyemprot mahasiswa layaknya gas air mata-, dan barang-barang tersier alias barang yang tidak ada pun kita gak bakal mati.

Bukan soal mutu, tapi soal citra. Barang dengan harga mahal itu belum tentu lebih bagus dari barang sejenis di pasar. Tapi citranya itu lho. Karena lebih mahal, seolah-olah barang itu lebih bagus. Padahal itu omong kosong. Ongkos omong kosong itu harus ditebus pembeli dengan harga yang tinggi. Dari omong kosong itulah seseorang bisa dapat untung.

Lalu dia memberi pada up line atau apalah istilahnya, pokoknya pada orang yang posisinya lebih tinggi karena sudah mengajaknya masuk dalam bisnis tersebut. Orang di atasnya akan memberi keuntungan lagi pada orang yang lebih tinggi. Sistemnya mirip piramida. Terus bertumpuk. Orang di bawah bawahan Anda akan otomatis memberikan keuntungannya pada Anda, meski Anda tidak mengenalnya. Sebab dia ikut bisnis lewat bawahan Anda. Namanya downline.

Nah, dengan modal omong kosong itu Anda bisa dapat untung tanpa bekerja karena down line-down line Anda akan terus memberikan keuntungan. Sekali lagi, Anda hanya butuh modal omong kosong. Lalu uang itu akan datang dengan sendirinya. Anda tinggal duduk santai di rumah atau baca blog ini sambil menghisap rokok. Sama halnya dengan menghisap kerja keras down line Anda.

Tertarik?

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *