Mendekatkan Teknologi Informasi pada Petani

2 , , , Permalink 0

Semangat Frans Bongkaraeng terhambat leletnya koneksi internet dan laptopnya yang sudah uzur.

Frans, staf keuangan Yayasan Komunitas Indonesia (Yakomi), lembaga swadaya masyarakat (LSM) pendamping petani di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Kabupaten ini baru terbentuk pada 2003. Sebelumnya, dia masuk dalam satu wilayah bersama Polewali membentuk Polewali Mamasa (Polmas).

Polewali kota terdekat dari Mamasa. Jarak kedua hanya sekitar 90 km. Tapi, karena medan jalan hancur yang berkelok-kelok, dari Polewali ke Mamasa perlu waktu sekitar tiga jam dengan sepeda motor atau enam jam dengan angkutan umum.

Saluran telepon baru masuk Mamasa tiga tahun lalu. Tapi, belum ada internet. Awal 2009 lalu, ketika aku pertama ke sana, internet juga belum masuk. Beberapa pegiat LSM di sana mengaku harus ke Polewali jika ingin mengakses internet.

“Buka internet cuma sejam. Tapi, ke warnetnya perlu seharian,” kata Demmaelo, salah satu staf YDPM kala itu.

Tanpa saluran telepon dan internet, para pegiat LSM di Mamasa harus ke Polewali untuk kirim laporan keuangan, program, ataupun kegiatan. Biasanya lewat faks. Jadi, laporan yang tebalnya sampai puluhan halaman itu harus difaks satu per satu.

Ketika akhirnya internet masuk Mamasa sejak sekitar setahun lalu, banyak pegiat LSM di sana yang masih tergagap-gagap. Teknologi sudah memang tersedia. Tapi, mereka belum bisa menggunakannya.

Begitu pula dengan Frans. Pria berumur 50 tahun mantan Kooordinator Program Yakomi ini belum pernah mengakses internet. Karena itu, dia mengaku sangat bergairah ketika diajak pelatihan internet 16-18 Desember ini di Makassar. “Saya ingin belajar di sini,” katanya.

Pelatihan itu diadakan VECO Indonesia bersama lima mitranya di Sulawesi. Selain Yakomi dan YDPM dari Mamasa, hadir juga Jalesa dari Toraja Utara dan Amanah dan Wasiat dari Polewali Mandar.

Pematerinya Saylow, nama gaul Putu Hendra Brawijaya, blogger dan desainer. Hadir juga kawan-kawan blogger AngingMammiri yang berbagi ilmu tentang blog. Aku memfasilitasi pelatihan tiga hari tersebut.

Kurikulum pelatihan internet ini seperti yang sudah aku adakan di Bali Blogger Community ataupun Sloka Institute. Peserta belajar tentang internet, email, blog, dan sedikit dasar-dasar jurnalistik. Begitu pula Frans dan tujuh peserta pelatihan lainnya.

Dia membuktikan pengakuannya. Meski sudah berumur 50 tahun, Frans masih bersemangat belajar internet dari awal. Dia belajar mengenal perambah (browser), Mozilla Firefox, email, blog, WordPress, dan seterusnya.

Dengan laptop Toshiba bututnya yang megap-megap, Frans semangat mempraktikkan semua yang dipelajarinya. Di antara semua peserta, bagiku, Pak Frans ini yang memberi inspirasi. Bagaimana tidak. Meski umur sudah uzur, begitu pula dengan laptopnya, dia terus saja mau mencoba.

Senang sekali melihat dia akhirnya bisa membuat email, berkirim pesan, membalas email, mengunduh file, mendaftar blog, menulis, hingga mempublikasikannya. Bagian paling asik dari ngasih pelatihan itu memang melihat binar mata dan girang wajah peserta yang berhasil mempraktikkan ilmunya. Begitu juga kali ini.

Sayangnya sih laptop uzur itu yang sedikit menghambat. Begitu pula dengan koneksi internet yang lelet setengah mati. Pas lagi asik bikin email, tiba-tiba laptop hang. Atau pas lagi unggah artikel baru di blog, eh, koneksi internet tiba-tiba mati.

Semangat 45 itu langsung hilang gara-gara hal seperti ini.

Seperti biasa, koneksi internet memang selalu menghambat tiap kali kami bikin pelatihan. Ini tugas Pak Menteri yang lebih suka “menyucikan” internet daripada memberikan kecepatan itu. Silakan diberesi, Pak. Jangan cuma bisa memblokir situs mesum.

2 Comments
  • Gentry Amalo
    December 22, 2010

    setahuku ide si “bekatul sepiring” untuk memblokir situs mesum itu cuma basa basi, buktinya masih banyak situs “mesum” yang masih bisa diakses dan banyak lagi yang baru bermunculan..

  • imadewira
    December 23, 2010

    Salut sekali untuk mereka yang tetap mau belajar walaupun usia sudah mulai menggerogoti.

    Mungkin mirip seperti para pegawai di tempat saya mengabdi, tapi tentunya fasilitas jauh lebih bagus.

    Ceritanya disini : http://imadewira.com/curhat-pelatihan-email/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *