Rumah Tulisan

Pelatihan di Solo menutup rangkaian pelatihan internet untuk LSM dan petani tahun ini.

Kawan-kawan blogger setempat, Bengawan, memandu pelatihan tersebut. Selama dua hari itu, Andrean, Hendri, dan Dafhy pun berjibaku membagi ilmunya pada petani dan pengurus lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari Solo dan Boyolali. Pelatihan ini diadakan di kantor Jaringan Kerja Pertanian Organik (Jaker PO).

Setahun lalu persis, untuk pertama kali pelatihan tersebut kami adakan di Makassar. Petani dan pengurus lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat dan Tana Toraja, Sulawesi Selatan berkumpul di Makassar. Selama tiga hari, komunitas blogger Makassar, AngingMammiri, berbagi ilmu dan keterampilan tentang internet.

Selesai pelatihan di Makassar tersebut, kami kemudian melanjutkan pelatihan serupa dengan materi dan metode yang sama di Bali dan Flores pada bulan yang berbeda. Pelatihan di Solo sejak Selasa dan berakhir hari ini menutup rangkaian tersebut.

Materi pelatihan ini tentang publikasi dan dasar-dasar internet. Materi publikasi antara lain tentang cara menulis. Adapun dasar-dasar internet misalnya tentang mesin pencari, browser (perambah), surat elektronik (email), hingga blog.

Materi ini mungkin sepele bagi mereka yang sudah tiap hari hidup berkubang informasi. Tapi, tidak bagi petani. Sebagian besar bahkan untuk pertama kalinya kenal internet. Mereka amat antusias ketika akhirnya bisa membuka Google, membuat email, berkirim, dan mendapatkan balasan.

Peserta pelatihan tersebut semuanya petani atau LSM mitra VECO Indonesia, lembaga donor dari Belgia di mana aku bekerja paruh waktu di bagian publikasi. Mitra kami tersebar di enam wilayah utama, yaitu Flores, Timor, Sulawesi, Bali, Jawa Tengah, dan Jakarta.

Dukungan utama kami sebenarnya lebih pada pengembangan rantai pertanian berkelanjutan, meliputi produksi, penanganan pascapanen, pemasaran komoditi, hingga advokasi kebijakan dan penyadaran konsumen. Namun, pertukaran pengetahuan juga menjadi bagian penting di lembaga kami dan para mitra.

Di bagian publikasi, aku melihat menaikkan kapasitas mitra di bidang akses informasi, baik LSM maupun petani, merupakan hal penting. Alasannya sederhana, bagiku, informasi adalah kekuatan.

Awalnya hanya karena kebutuhanku sendiri untuk mendapatkan kabar dari kawan-kawan petani dan LSM. Selama ini ternyata susah sekali mendapatkan informasi dari mereka. Salah satu alasannya karena mereka memang tak punya email. Mereka juga tak tahu bagaimana cara membuat informasi tersebut agar menarik.

Maka, pelatihan internet ini pun tak hanya melulu tentang bagaimana menggunakan internet tapi juga menulis berita. Ini bagian lebih susah. Kalau pas belajar tentang internet sih mereka lantjar djaja. Tapi, pas giliran menulis berita, mereka mengalami kesulitan.

Tapi tak apa. Setidaknya mereka sekarang sudah bisa mengakses informasi, mulai dari mencari, membuka, membaca, mengirimkan, hingga (jika memang bisa) membaginya lewat blog jika mereka punya informasi sendiri.

Ketika petani semakin bisa mengakses informasi, aku yakin mereka semakin bisa menaikkan posisi tawarnya. Contohnya begini. Melalui internet, petani bisa mencari daftar harga kopi di pasar internasional. Berbekal informasi ini, mereka akan bisa melakukan negosiasi saat jual komoditi ke tengkulak atau bahkan pembeli. Tentu ini juga didukung kapasitas mereka dalam jual beli.

Hal ini sudah terbukti di petani kakao di Polman atau kacang tanah di Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggar Timur. Karena punya informasi harga, mereka bisa menaikkan harga pas menjual produknya.

Informasi lain yang penting adalah kebijakan. Petani kakao di Kabupaten Ende, misalnya, bisa tahu tentang program pemerintah terkait kakao di desanya ya setelah mereka mencari informasi di internet. Jadi, mereka bisa terlibat dalam program tersebut.

Itu hanya dua contoh kecil. Aku yakin masih banyak contoh lain. Bahwa, berbekal informasi, petani bisa menaikkan posisi.