Melihat Sisi Bopeng Wajah Bali

0 , Permalink 0

penambangan-pasir

Di balik pesonanya, Bali juga punya wajah bopeng.

Akhir Desember lalu, saya membantu jurnalis Amerika liputan tentang penambangan pasir di Bali. Selain wawancara beberapa aktivis lingkungan, kami juga mengunjungi lokasi penambangan pasir.

Kami ke Karangasem, kabupaten dengan tempat penambangan terbanyak dan terbesar di Bali. Ada beberapa lokasi terkenal di Karangasem seperti daerah Rendang, Selat, dan Bebandem. Selain di Karangasem, penambangan pasir juga banyak di Kabupaten Bangli, tepatnya sekitar Gunung Batur, Kintamani.

Kami memilih ke daerah Sebudi di Kecamatan Rendang. Lokasi ini berada di sisi selatan Gunung Agung. Tak jauh dari Pura Besakih.

Agak ngeri juga pas ke sana. Udah keder duluan takut sama preman. Maklum, sebagian besar penambangan pasir itu ilegal. Tanpa izin. Tetangga saya yang juga sopir pengangkut truk juga sudah berpesan, hati-hati jika ke sana. Biar tidak diancam atau bahkan dipukuli preman pas liputan.

Tapi, ternyata tidak juga. Ketika kami tiba di sana, beberapa penjaga bertubuh kekar memang menjaga lokasi. Awalnya agak kaku. Tapi, mereka kemudian terbuka. Mau menjawab pas kami tanya-tanya. Bisa jadi karena saya sama bule.

Setelah liputan tentang penambangan pasir, saya jadi bisa melihat lagi sisi lain wajah Bali. Wajah yang bopeng dan penuh lubang. Jauh dari mulusnya wajah Bali terutama di pusat-pusat pariwisata.

Saya seperti diingatkan kembali bahwa Bali, seperti juga daerah lain di mana pun juga, punya dua sisi wajah. Atau bahkan banyak. Di satu sisi, wajahnya amat menggoda. Dengan pantai-pantai berpasir putih dan laut biru, seperti di Kuta atau Pantai Pandwa; atau sejuk dan damai seperti di Ubud dan Bedugul; dan seterusnya.

Di sisi lain, Bali juga punya wajah bopeng seperti di kaki Gunung Agung dan Gunung Batur tersebut. Di sana, bukit-bukit dikeruk pasirnya meninggalkan lubang-lubang menganga sedalam puluhan meter. Luasnya ratusan meter.

Ngenes melihatnya.

Ironisnya, semua itu dilakukan tanpa izin. Seorang narasumber mengatakan hampir 90 persen usaha penambangan pasir itu ilegal. Tidak ada izin dari pihak berwenang, misalnya Dinas Pertambangan atau Dinas Lingkungan. Biasanya hanya izin tak tertulis dari desa. Toh, setoran ke negara tetap lancar.

Dari usaha-usaha ilegal itu, pasir kemudian dikirim sebagai bahan baku untuk pembangunan fasilitas mewah dan megah di tempat lain. Tak hanya rumah tapi juga hotel, restoran, dan aneka fasilitas pariwisata lain di Bali selatan. Hasilnya wajah Bali yang cantik seperti di brosur-brosur pariwisata.

Sementara itu, penambangan pasir ilegal yang menghasilkan wajah Bali yang bopeng seolah disembunyikan. Tak elok untuk diangkat dan dipamerkan demi citra Bali agar tetap mempesona.

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *