Doa Mau Makan pun Jadi

0 No tags Permalink 0

Aku pikir bakal ada doa bersama anak-anak panti asuhan atau semacamnya. Eh, ternyata ga ada. Yaudah. Gapapa lah. Yang penting toh udah niat, dan semoga itu jadi hal baik.

Ceritanya sebagai umat yang baik, kami menyisihkan sebagian harta –cailah, kaya punya harta aja- sebagai rasa syukur atas kelahiran Bani, anak kami. Kami menentukan Sabtu lalu untuk perayaan aqiqahnya. Karena Bani cowok, maka harus motong dua ekor kambing.

Semula kami pengen membagi daging kambing yang udah jadi sate dan gule ke anak-anak pengemis di Pasar Badung. Tapi karena istri tiba-tiba sebel lihat gaya mereka yang ga bisa berterima kasih, kami pindah tujuan. Daging itu disumbangkan ke panti asuhan aja. Biar sekaligus saling mengenal ajaran masing-masing.

Setelah konfirmasi ke panti asuhan setempat, ternyata mereka oke. Jadilah Sabtu pagi lalu kami bawa gule, sate, dan nasi untuk anak-anak pantai asuhan. Awalnya sih aku pikir akan ada doa bersama atau semacamnya, eh, ternyata anak-anak pada sekolah. Sebab, maunya kami biar anak-anak itu juga tahu apa itu aqiqah, apa tujuannya, dst. Jadi ada obrolan gitu. Paling tidak kan bisa mereka jadi lebih tahu. Tapi karena ga ada, ya gimana lagi. Kami nyumbang gitu aja lalu caw..

Siangnya baru ada ngumpulin teman-teman di rumah. Jadi masih ada simbolis upacara kecil. Rambut Bani dipotong. Abis itu dibacain doa. Karena bukan ustadz yang baca doa, jadinya cuma Al-Fatihah sama doa mau makan. He.he.. Ya, kan sama-sama doa.

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *