Mau Makan di Tempat atau Bungkus?

18 , Permalink 0

Mendung tebal menggantung di atas kota ketika Merpati Boeing 737 dengan nomor penerbangan MZ 617 dari Bali yang kutumpangi hendak mendarat di Bandar Husein Sastranegara, Bandung. Setelah satu jam dari Surabaya, aku harus transit di sana 30 menit, kami tiba juga. Dari atas, Bandung terlihat sangat padat dengan bangunan. Ketika hendak mendarat, pesawat itu sepertinya sangat dekat dengan rumah-rumah, kantor, masjid, bahkan makam di sekitar bandara.

Melihat dekatnya bandara dengan pemukiman, aku jadi ingat kecelakaan pesawat di Medan dan Solo beberapa waktu lalu. Kalau tidak salah, salah satu alasan kecelakaan itu adalah karena dekatnya bandara dengan perumahan penduduk. Jadi, menurutku, bandara di Bandung masuk kategori berisiko karena dekatnya dengan permukiman warga. Aneh juga ya. Bukannya kota ini adalah pusat orang-orang pintar di bidang hal-hal semacam ini. *Aduh, kok nglantur..*

Tapi, itulah kesan pertamaku tentang kota ini. Bandung benar-benar padat. Sepanjang jalan dari bandara ke hotel, jalan-jalan yang aku lalui sepertinya juga padat dengan kendaraan. Bisa jadi karena jam pulang kantor, sekitar pukul 16.50 WIB. Enaknya sih meski padat, tetap asik. Sebab banyak cewek cantik. Hehe..

Sebenarnya ini perjalananku yang kedua kali di kota ini. Cuma, perjalanan pertama pada Agustus 1999 lalu bahkan tidak sampai sehari. Jadi, ini seperti perjalanan pertama.

Pada 1999 lalu, aku ke sini sama temanku, Ricky, yang kebetulan lagi mudik ke Jakarta. *Btw, aneh juga ya mudik ke Jakarta. :)* Saking ngebetnya pengen lihat Bandung waktu itu, aku sempet-sempetin mampir ke sini meski cuma sehari. Waktu itu hanya jalan sebentar di (kalau tidak salah) Bandung Plaza dan Masjid Agung. Meski kebelet banget mau ke kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), kampus yang aku impi-impikan sejak masih SMU, namun niat itu tidak terlaksana. Jadilah aku batal ke kampus impianku yang tak pernah kumasuki tersebut.

Dan, untungnya kali ini aku bisa berkunjung lagi ke Bandung. Padahal aku dan Bunda sudah berniat ke sini kalau kami ada kesempatan liburan panjang. Jadi, maaf, Bunda. Aku mendahului. Mumpung ada kesempatan, sayang kalau dibuang. 🙂

Perjalananku ke Bandung kali ini karena ada undangan pelatihan menulis isu HIV/AIDS di hotel Karang Setra Jl Sukajadi Bandung. Hotelnya sepertinya lumayan asik. Belum tahu banyak sih. Tapi tadi makan malamnya kurang enak. Padahal aku sudah bayangin menu sunda yang menggoda. Eh, adanya malah ayam bumbu kecap. Untung ada sup untuk pembuka yang rasanya mak nyus. Oya, tempat makannya juga asik. Di atas kolam. Kalau sore atau pagi pasti lebih asik.

Habis makan siang tadi acaranya hanya mulai dengan perkenalan. Basi banget. Pesertanya dari hampir semua provinsi di Indonesia. Setelah perkenalan dilanjut diskusi bentar lalu kelar. Rencana jalan malam batal karena jadinya malah ngobrol di lobi hotel. Pas aku mau cari warnet, panitia nawarin laptop karena di hotel ada wifi. Hehe, jadilah aku ngetik mojok sendiri ketika yang lain sudah pada balik ke kamar.

Oke. Hari ini tidak terlalu mengesankan. Hanya omongan sopir taksi yang bisa jadi pelajaran. Seperti biasa, kalau ngobrol sama sopir taksi, pasti salah satu obrolannya adalah soal…. cewek! Pak sopir taksi ini pun begitu. Ada beberapa idiom baru yang aku tahu. “Saya bisa anterin juga kalau mau jalan-jalan ke taman,” katanya. Aku bingung. Eh, ternyata taman itu kata pengganti untuk tempat cari cewek. “Kalau mau juga bisa macem-macem layanannya. Mau makan di tempat atau bungkus bawa ke tempat lain,” lanjutnya.

Walah, Pak. Memangnya makan ayam goreng. 😀

18 Comments
  • Arie
    April 16, 2008

    asyik nech jjs ke Bandoeng ….

    wah Mas Anton keknya u Sopir taksi kudu dikasi pelajaran Bahasa Indonesia yang baik dan benar terutama soal perumpamaan hihihihihihi 😛

  • ick
    April 16, 2008

    bli gimana kalau idiomnya diganti “di panggang ato di goreng” kan kesannya lebih seram…:)

    ditunggu postingan tentang HIV nya…

  • Made Eka
    April 16, 2008

    Ntar habis kopdar maw jalan2 ke ITB? Ntar saya anter. Tp klo malam ke sana ga terlalu asik jadinya… Wah saya yg 8 tahun di bandung aja ga tau ada istilah seperti itu. Taunya cuman di bandung “banyak jalan berlubang dan lubang berjalan”. hehehehehehe
    suksma

  • paramarta
    April 16, 2008

    nah lo.. HIV sampai sekarang saya belum ngerti dari mana asal muasal datang virus itu.

    cocok juga bos .. “makanan bungkus” mengandung HIV 😆

  • novan kojaque
    April 16, 2008

    TOP 1 yg dari bandung itu emang Ce-nya…jadi tidak salah kalo si sopir taksi itu menawarkannya ke anda!
    Sekedar tips saja, kalo rayuan anda maut, dengan modal teh botol aja bisa kok, huehuehueuhe…

  • i Nyoman
    April 17, 2008

    Klo makan nasi bungkus di tempat gimana mas? hehhe

  • devari
    April 17, 2008

    oleh oleh bli anton 🙂

  • devari
    April 17, 2008

    waaaa baru perhatian, gravatar nya metal euuuy
    Rock on 🙂
    yehaaa..yehaaaa 🙂

  • Yanuar
    April 17, 2008

    dibungkus aja mas…
    bawa kebali.

  • paramarta
    April 17, 2008

    @yanuar
    apa gak ngamuk bunda ntar? 😆

  • didut
    April 17, 2008

    aku pikir mo bahas soal lingkungan hahahahhaa~ ternyata ……………………

  • erickningrat
    April 18, 2008

    bandung euy !

  • imsuryawan
    April 18, 2008

    Trus akhirnya Bli bungkus atau makan di tempat? wkwkwkw…

    ** kabur…

  • Hendra W Saputro
    April 19, 2008

    Waaaa, kapan aku bisa ke bandung yak … Bung Anton kok nggak bilang sih klo ke bandung. Kan aku bisa jadi peserta bayangan.

  • ady gondronk
    April 19, 2008

    hohohoho…..kalo saya mau dibungkus aja bos..!!!
    lebih enak makan dirumah berdua.. 😆

    ngemeng2 jani kan tgl 19 april nih bos…
    makan2 yuk….!!!
    aku tunggu makan2nya nih…!!
    pokoknya harus traktir…harus..hehe.
    eniwei..,met ultah gen nah.

  • wira
    April 19, 2008

    pak, bungkusin satu donk…
    jgn terlalu pedes ya

    hwahuahua

    btw, met ulang tahun ya, semoga rukun ama keluarga dan sukses selalu 🙂

  • ick
    April 19, 2008

    eits..eits…siapa yang ulang tahun nieh….?
    selamat ja deh….

  • antonemus
    April 22, 2008

    @ arie: jadi, mbak arie mau jd guru bahasa indonesia ga? enak lho di bandung. apalagi sama sopir taksi. wah, bs jalan2 terus. 😀

    @ ick: mending disate atau diguling aja sekalian, bos. 😀

    @ made eka: makanya, bli. jangan sibuk menghitung angka2 aja. sesekali kek gaul sama sopir taksi. 😉

    @ paramarta: HIV menular lewat seks tanpa kondom, air susu ibu ke bayi, pertukaran jarum suntik sesama pecandu heroin, dan tidak diketahui jg. jd kalau mau aman, makannya bungkus pake kondom aja. 😀

    @ novan kojaque: aha! sptnya anda harus ngajarin saya langsung di lapangan. biar lbh afdhol.

    @ i nyoman: yah, kan mending ga usah dibungkus om kalau makan di tempat. mubazir. 😉

    @ devari: tunggu saja oleh2nya, bli made. sudah ada tuh cerita soal peyempuan bandung. metalnya jg oleh2 dr sana. 😀

    @ yanuar: hmm, berat di ongkos. di rumah jg ga ada tempat lg. jd ya makan di sana aja. lbh aman. gak ketauan. 😀

    @ paramarta: asal mau sama mau, bunda biasanya rela kok. untungnya ga ada yg mau. 😀

    @ didut: ah, dasar korban banjir. 😀

    @ erick ningrat: iya euy!

    @ imsuryawan: bungkus. trus makan di taksi. 😀

    @ hendra: walah, langsung ke sana aja, mas. sama istri. 🙂

    @ ady godronk: enakan makan di dekade, bos. deket kantormu itu. 🙂 thx utk ucapannya.

    @ wira: sudah kukirim via email, pak dosen. 😀 thx ucapannya.

    @ ick: makasih, bli..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *