Aku Suntik Maka Aku Menarik

1 , , Permalink 0

Beragam cara waria menjaga kecantikan dan keseksiannya.

Pilihan waria agar tampil menarik: minum pil KB dan suntik hormon, suntik silikon, dan operasi plastik. Risikonya susah ereksi, sakit setengah mati, hingga mati beneran.

Bagi Edi Purwanto tubuh adalah penjara.

Semua ciri di tubuhnya: pundak dan dagu lebar, lengan berotot, dada rata, dan jakun di leher jadi pembatas kebebasannya. Dia terkekang dengan ciri-ciri maskulin itu. “Jiwaku seperti terjebak pada tubuh,” katanya.

Eta, begitu dia biasa dipanggil, merasa tubuh yang dimilikinya sejak lahir kurang menarik.

Maka dia mengubah tubuhnya. Bagi Eta, kadang dipanggil Cinta, bukan jiwa yang harus mengikuti tubuh. Tapi sebaliknya, tubuh yang mengikuti jiwa. Dia pun mengkontruksi, demikian Michel Foucault menyebut, tubuhnya kembali dengan segala daya. Meskipun risikonya kematian.

***

Secara biologis Eta terlahir sebagai laki-laki. Ketika kelas V SD di Jember, Jawa Timur, dia sadar secara psikologis dia perempuan. Dia memilih bermain dengan teman-teman perempuannya. Dia juga senang menari.

Usai lulus SMA, pada 1995, Eta pertama kali bercinta dengan pria sepupunya. Karena ketahuan tantenya, dia diusir dari rumah. Kabur ke Surabaya. Di kota pahlawan inilah perubahan pertama tubuhnya dilakukan. Alasannya iseng.

Meski kurang lancip, semula Eta cukup puas dengan bentuk dagunya yang agak oval. Tapi dia bersedia saja ketika ada temannya iseng-iseng menawarkan jasa suntik gratis. Setelah disuntik dengan silikon, eh, bentuk dagunya bukan bertambah menarik malah tambah rusak.

“Mukaku menceng. Miring,” katanya.

Mami, sebutan Eta pada waria yang mengajaknya, kecewa melihat hasil tersebut. Mami itu sehari-hari menyuntik wajah waria lain agar lebih menarik. Dia pun menyuntik dagu Eta untuk memperbaikinya. Setelah dagunya makin menarik, Eta dijadikan alat promosi ke waria lain.

“Mamiku kan juga orang yang biayai hidupku. Jadi aku mau aja,” ujarnya. Hasil suntikan itu memang memuaskan Eta. Dagunya lebih lancip.

Selesai suntik di dagu, dia kemudian suntik di hidung. Sejak awal dia sebenarnya ingin mengubah bentuk hidungnya, “Hidungku memang nggak terlalu bagus.” Karena belum punya duit, dia menundanya. Kini hidungnya lebih mancung dan tipis dibanding sebelum suntik.

Namun, untuk mendapat bentuk wajah memuaskan itu, Eta harus melawan rasa sakit. Bayangkan: jarum suntik itu masuk ke tulang hidung Anda tanpa pembiusan. Sambil menahan sakit, Anda harus melihat jarum itu dimasukkan pelan-pelan ke tulang hidung.

Satu. Dua. Tiga kali jarum itu masuk hidung Anda.

Itu yang dialami Eta. Bagian hidung yang hendak disuntik hanya diolesi alkohol. Untuk antisipasi agar tidak infeksi, dia minum anti-biotik. Lalu jarum dimasukkan dari bagian bawah, tengah, dan atas. Tiap satu kali suntik, jarum itu memasukkan satu sepet silikon. Suntik di bagian bawah tidak terlalu sakit karena masih ada sedikit daging dan lunak. Di bagian atas dan tengah yang sakitnya tak terkira.

“Aku sampai nangis,” Eta bercerita.

Penyuntikan itu harus dilakukan tiga tahap. Pertama dasar. Kedua pembentukan. Ketiga finishing. Selisih waktu antar-tahap tak boleh lama. Paling lama seminggu. Sebab tulang hidung termasuk keras. Kalau terlalu lama, silikon yang disuntik pertama akan membeku sehingga kulitnya kembali normal.

Padahal, saat suntik silikon, kulit tidak boleh normal dulu. Kalau sudah kembali normal, pori-porinya akan beda. Perbedaan pori-pori ini akan menyusahkan penyuntikan selanjutnya. “Bisa-bisa posisinya berbeda,” katanya. Posisi suntikan yang berbeda akan mengubah bentuk hidung lebih jelek lagi.

Setelah bentuk dagu dan hidung lebih menarik, Eta mengaku cukup puas. Namun masih ada bagian tubuh yang belum memuaskan, dada. Tapi karena takut sakit –dan belum ada duit. “Itu yang paling penting,” Eta tertawa- maka Eta menerima bentuk seperti semula, rata.

***

Namun, mungkin benar idiom jatuh cinta membuat buta. Eta pun mengalaminya.

Semula Eta tak terlalu mempermasalahkan bentuk dadanya yang rata. Dia bisa mengubah dada itu kapan saja dengan…spon! Cukup masukkan spon ke dada, maka dia bisa punya dada ukuran berapa pun. Dari 32 hingga 36B.

Ukuran ini sebenarnya bukan ukuran dada tapi ukuran panjang bra. Makin besar dada, makin besar ukuran bra. Bermodal spon, Eta bisa mengubah ukuran dada berapa saja kapan saja. Karena itu dia percaya diri saja dengan dadanya.

Namun, kepuasan pada dadanya tak ada lagi ketika dia jatuh cinta pada cowok awal tahun lalu. Dia mulai merasa ada yang kurang dengan dadanya. Ukuran dada pun jadi masalah baginya. Selain itu dia tak ingin memberi dada spon pada pacarnya. Dia ingin mengubah dadanya lebih kenyal dan besar, tentu saja.

Eta ingin memberi hadiah kejutan pada ulang tahun pacarnya 17 September lalu. Maka sejak Februari lalu dia mulai menjalani suntik silikon. Suntik silikon ini hanya salah satu cara memperbesar dada. Cara lain dengan pil KB dan operasi plastik. Ada kelebihan dan kekurangan masing-masing.

***

Minum pil keluarga berencana (KB) adalah cara paling gampang dan murah. Sebagian besar waria di Bali memilih cara ini. Mereka cukup beli pil KB di bidan, apotek, atau puskesmas.

Vivi salah satunya. Sejak empat tahun lalu dia minum pil KB merk Mikrodiol. Tiap hari, dia minum tiga kali. Satu kali minum tiga butir. Hasilnya kulit jadi bagus. Toh minum pil KB saja tidak cukup. Vivi juga harus suntik hormon.

“Tiga bulan setelah minum pil dan suntik hormon, dadaku tambah gede. Pinggul juga keluar,” aku Vivi. Maksudnya pinggul jadi terlihat lebih lebar dibanding sebelumnya. Otot-otot tubuhnya tak lagi kekar. Kulit pun lebih putih.

Dengan dada lebih besar dan pinggul lebih lebar, Vivi merasa lebih seksi. Bagi waria, tubuh seksi memang penting. “Kalau tubuh sudah seksi, mau ke mana-mana itu lebih pede,” katanya. Namun, yang lebih penting adalah karena dengan seksi itu tubuh mereka jadi seperti tubuh perempuan seperti jiwa mereka, bukan tubuh laki-laki.

Tak hanya lebih percaya diri, tubuh yang seksi ini juga melancarkan rezeki. Tubuh bagi waria adalah aset ekonomi terutama yang menjajakan diri di jalan. Ketika masih cari makan di jalanan, bahasa lain dari menjajakan diri di pinggir jalan, Vivi sempat jadi primadona. “Malah sampai dipelihara setengah tahun sama lekong. Tapi karena malas dikekang, aku putusin saja dia,” ujarnya.

Minum pil KB dan suntik hormon punya efek samping. Setelah suntik, Vivi sempat mual dan muntah. Beberapa hari kemudian dia sesak napas. Tapi hanya beberapa hari. Setelah itu hilang sama sekali.

Efek paling susah justru karena kemampuan seksualnya terganggu. “Spermaku jadi encer gara-gara minum pil KB dan suntik hormon. Aku jadi susah ereksi. Kalau bercinta nggak ada rasanya. Ha.ha.ha.”.

Secara ilmiah, minum pil KB memang mengakibatkan kemampuan seksual menurun. Menurut Mangku Karmaya, dokter yang juga lulusan pasca-sarjana jurusan Kesehatan Reproduksi Universitas Udayana Bali, menurunnya kemampuan seksual itu akibat makin berkurangnya kadar testosteron pada waria.

Testosteron merupakan hormon dominan pada laki-laki. Sedangkan pada perempuan hormon estrogen dan progesteron lebih dominan dibanding testosteron. Minum pil KB menyebabkan kadar estrogen dan progesteron pada waria naik. Akibatnya tubuh waria makin terlihat feminim yang ditandai dengan perubahan fisik kulit halus, pantat lebih besar dan bundar, dada lebih besar, serta otot-otot yang menghilang. Di sisi lain, hormon testosteronnya menurun. Padahal hormon ini yang menghasilkan dorongan seksual.

“Jadinya nafsu seks juga berkurang,” kata Mangku yang juga mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bali.

Namun, sebagian besar waria toh tetap memilih cara murah meriah ini. Sebab, dengan pil KB dan suntik hormon, duit yang dihabiskan tak sampai Rp 25 ribu per bulan. Pil KB merk Mikrodiol yang diminum Vivi harganya sekitar Rp 5.000 berisi 30 butir. Sedangkan untuk suntik hormon di bidan atau Puskesmas hanya Rp 15 ribu per bulan. Bandingkan dengan suntik silikon seharga Rp 5 juta atau operasi plastik yang sampai Rp 15 juta.

Mahalnya biaya ini membuat operasi plastik bagi sebagian besar waria ibarat mimpi, apalagi waria yang hidup di jalan. Waria kelas ini hanya mengandalkan pendapatan dari kehidupan malam. Mereka memberi layanan di vila ilalang atau pisang cottage, istilah mereka untuk seks kilat di belakang semak-semak atau di bawah pohon pisang. Tiap malam mereka dapat duit dari hasil nyebong rata-rata Rp 15 ribu. Itu pun habis untuk biaya hidup sehari-hari.

***

Maka, Tuti harus nyebong ke negeri jiran untuk bisa operasi. Waria kelahiran Indramayu, Jawa Barat ini semula hanya minum pil dan suntik KB. Karena ingin mendapat ukuran dada sesuai kemauan dalam waktu singkat, dia bekerja malam di Kuala Lumpur.

Hasilnya, pada Juni 1995 dia bisa operasi plastik di Yala, Thailand. Dia ke sana bersama temannya yang juga kerja di Malaysia. Dia suntik di klinik kecil. Hanya ada satu dokter dan satu pembantu. Operasi itu tidak dilakukan di rumah sakit besar karena biaya yang dikumpulkan tetap tidak mencukupi. “Tidak apa-apa. Yang penting kan sama, operasi plastik juga,” katanya.

Hanya perlu waktu sekitar dua jam bagi Tuti untuk melihat perubahan dadanya. Dari rata jadi ukuran 32. Dia tidak tahu bagaimana prosesnya karena waktu itu dia dibius. “Tiba-tiba saja dadaku sudah jadi,” katanya.

Setelah operasi dia tidak bisa bangun hingga seminggu. “Sakit. Tapi puas.”

Biasanya dada Tuti disumpal pakai spon. Tapi, “Sekarang kayak perempuan asli. Kalau dada tersentuh orang pas berdesakan di bis tuh enak saja. Lebih pede,” ujarnya.

Bagi pemilik nama asli Darita ini, payudara itu penting. “Sebab kalau tidak ada susunya ya waria itu tidak menarik. Kalau menarik kan pelanggan juga tambah banyak,” kata Tuti. Setelah operasi plastik, pelanggan Tuti makin bertambah. Sebelumnya hanya lima atau enam orang tiap malam. Setelah operasi minimal 10 pelanggan tiap malam.

Toh, meski mahal, operasi plastik pun masih menyisakan masalah. Sebab, hasil operasi ini tak bisa bertahan selamanya. Biasanya kalau operasi murah seperti dilakukan Tuti itu bisa bertahan maksimal lima tahun. Setelah lima tahun, dada hasil operasi plastik itu akan pecah. Tuti pun mengalaminya.

Pertengahan 2000, ketika sedang mencuci pakaian, Tuti merasa ada yang basah di dada kanan. Ternyata susu kanannya pecah. Meski berupa cairan, silikon implan itu tidak mengalir ke luar. Tuti hanya merasakan cairan itu mengalir di bawah puting susunya. Makin lama dadanya makin kempes. “Seperti ada yang nusuk-nusuk dada. Agak nyeri tapi juga geli. Mungkin itu bungkus silikonnya,” kata Tuti.

Tapi cuma dada kanan yang pecah. Dada kirinya tetap montok layaknya perempuan. Dia ingin operasi dada kirinya agar rata sekalian. “Kan lucu kalau hanya satu payudara yang gede,” ungkapnya.

Waktu itu Tuti sudah di Bali. Uangnya tak lagi melimpah seperti ketika masih di negeri jiran Malaysia. Dia tak punya cukup uang untuk operasi. Selama dua tahun dia terpaksa membiarkan dadanya besar sebelah. Untungnya masih ada spon yang bisa jadi kamuflase ketika dia harus nyebong. “Pelanggan toh tidak pernah tahu alau dadaku gede sebelah.”

Oktober 2002 Tuti baru bisa operasi. Itu pun harus ke Jakarta. Sebab di Bali perlu biaya sampai Rp 7 juta untuk membongkar dada kirinya. Berbekal surat miskin, dia operasi di di RS Cilandak, Jakarta. Gratis.

***

Eta tak ingin nafsu dan kemampuan seksnya berkurang. Dia memilih suntik silikon dari pada minum pil KB atau suntik hormon. Untuk operasi plastik, duitnya tidak cukup. Dia pun memilih jalan tengah, suntik silikon yang harganya terjangkau namun hasilnya cukup memuaskan. Dan, dia berharap dada baru itu juga memuaskan pacarnya.

Februari 2006 lalu dia mulai menyuntik dadanya. Seminggu sebelum suntik dilakukan, dia tidak boleh minum alkohol dan memakai drug. Tidurnya pun harus cukup. Sebagai antisipasi agar tidak infeksi, dia minum obat anti-biotik Ponstan atau Amoxicillin.

Suntikan pertama dilakukan untuk membuat dasar tempat silikon. Suntikan ini paling susah. Sebab lokasi kantong tempat silikon ini tergantung tubuh waria yang disuntik. Antara tubuh yang gemuk berbeda dengan tubuh yang kurus. Kalau sudah ada kantong dasar, suntikan lain tinggal mengikuti.

Tiap satu kali masuk tubuh, jarum suntik itu memasukkan 12 ml silikon ke dada. Ada 50 sepet untuk kedua dada. Jadi masing-masing dada mendapat 25 sepet silikon, atau sekitar 300 ml silikon. Jumlah silikon yang dimasukkan ini termasuk banyak. Sebab, bagi tubuh yang lebih kurus, hanya perlu sekitar separuh dari dosis silikon yang dipakai Eta.

Hasil suntikan pertama itu ditunggu perkembangannya. Misalnya bentuk, kekenyalan, hingga belahan dada. Belahan dada ini sepertinya sepele, tapi penting. Karena itu antara dada kanan dan kiri harus diberi sekat. Kalau tidak ada sekat, bentuk dadanya menonjol tanpa belahan. Jadinya mirip kotak.

Perlu waktu sebulan untuk suntik tahap kedua. Tak hanya melihat pekembangan hasil suntikan pertama tapi juga kondisi keuangan. Kalau tidak ada uang, maka mundur sampai tiga bulan ata kapan pun tergantung duitnya.

Meski lebih murah dibanding operasi plastik, suntik silikon memang masih relatif mahal bagi waria. Harganya minimal Rp 3 juta borongan. Masudnya untuk tiga tahapan suntik hingga finishing. Paling mahal sampai Rp 10 juta. Kalau suntik keempat, klien harus bayar lagi.

Dua bulan menjelang ulang tahun pacar, Eta suntik tahap dua. Meski merasa sakit luar biasa, dia menguatkan diri. Keinginan memuaskan pacar itu mengalahkan rasa sakit saat jarum suntik masuk dadanya. “Waktu itu aku nahan karena udah buta kali ya. Meski sakit banget banget banget dan banget, aku kuatin aja,” katanya.

Namun, suntik tahap ketiga tidak jadi dilakukan. Bukan karena tidak ada duit, tapi karena dia keburu putus hubungan dengan pacar.

“Tidak ingin suntik lagi?” tanya saya.

“Sebenarnya pengen. Biar nggak nanggung. Cuma bayangin sakitnya itu bikin males. Kecuali otak kita lagi miring ya lain lagi. Jatah obatku masih ada.” Eta tertawa.

***

Eta masih beruntung. Dia hanya melawan sakit akibat suntik silikon. Tidak sedikit orang yang sampai melawan kematian, dan kalah, karena suntik silikon. “Lima temanku mati gara-gara suntik silikon ini,” kata Vivi.

“Mungkin yang bikin sampai mati ketika disuntik ya karena sakit itu,” tambah Eta.

Salah satu korban suntik silikon itu adalah Lisa. Warga Kampung Baru, Kecamatan Sukarame, Palembang itu meregang nyawa dua hari setelah payudaranya disuntik oleh Jum Febrianto. Kejadian pada Juli 2006 lalu itu menambah daftar korban suntik silikon hingga tewas.

Dua tahun sebelumnya, suntik silikon secara sembarangan ini menewaskan Hilda Pasman. Setelah suntik silikon di salon di Kedoya, Jakarta Barat gadis cantik yang sekolah di Belanda ini pun mati.

Menurut Mangku Karmaya, kejadian hingga tewas itu disebabkan penyuntikan silikon bukan oleh tenaga ahli. “Jadinya asal suntik saja,” kata Mangku.

Kematian akibat penyuntikan silikon itu bisa saja terjadi jika salah lokasi penyuntikan atau penyumbatan pembuluh darah. Di payudara terdapat pembuluh darah besar. Kalau salah suntik, silikon yang dimasukkan itu mengalir ke pembuluh darah dan beredar ke jantung dan paru- paru. Begitu terjadi penyumbatan, pasien pun mati.

Kematian Lisa dan Hilda membuktikan itu. Keduanya mati setelah suntik silikon di salon, bukan di rumah sakit. Sebagian besar waria memang lebih memilih suntik di salon dari pada di rumah sakit. Selain karena harga lebih murah juga karena lebih nyaman. Pelaku penyuntikan juga waria. Eta misalnya disuntik Gede Panggabean, yang sudah menyuntik puluhan waria, ibu rumah tangga, dan pekerja seks komersial.

Gede Panggabean, akrab dipanggil Sisca, salah satu waria tukang suntik silikon di Bali. Untuk bisa menyuntik silikon dia tak perlu sekolah, kuliah, kursus, atau pendidikan formal lain. Dia hanya belajar dari pengalaman. Pada 1991, dia ke Phuket, Thailand. Di negeri gajah putih itu untuk pertama kali dia melihat orang suntik silikon. Dia langsung tertarik.

Ketika kembali ke Jakarta pada 1992, silikon sedang ngetren. Sisca pun makin serius belajar nyuntik silikon. Selain belajar dari maminya di Jakarta, Sisca pun rajin baca buku Biologi, terutama tentang anatomi payudara. Untuk mengetahui perkembangan teknologi suntik silikon, dia rajin baca tabloid atau majalah kecantikan.

Dari situ dia tahu bahwa ada tiga jenis silikon: biasa, standar, dan super. Kualifikasi jenis silikon ini berdasarkan kualitas dan harga. Jenis biasa harga sekitar Rp 1 juta per 150 ml. Kualitas jenis ini paling rendah. “Hanya enam bulan dadanya sudah jatuh. Kayak nenek-nenek itu lho,” kata Sisca. Jenis standar harganya Rp 2 juta per 150 ml. Daya tahannya seperti payudara perempuan, sekitar dua tahun.

Jenis super paling bagus dibanding jenis lain. Harganya sekitar Rp 5 juta per 150 ml. Dada hanya bengkak dua hari setelah suntik. Setelah itu tidak ada masalah sama sekali. Silikonnya seperti menyatu dengan daging.

Pemahaman Sisca tentang jenis silikon ini tak jauh berbeda dengan jenis silikon secara ilmiah. Silikon pada dasarnya terdiri dari rantai molekul silikat. Makin panjang rantai molekulnya makin keras bahannya. Makin pendek rantai molekulnya, maka silikon itu makin cair. Rantai molekul di antara dua jenis itu menghasilkan silikon kental atau jelly.

Silikon rantai pendek adalah silikon biasa, silikon rantai sedang adalah silkon standar, dan silikon rantai panjang adalah silikon super.

Sisca sendiri suntik dengan silikon jenis super sejak tujuh tahun lalu. Untuk tiga tahap suntik dia menghabiskan biaya Rp 10 juta waktu itu. Biaya itu setimpal dengan apa yang dia dapat. Kalau nyebong lebih cepet dapatnya. Lebih PD. Lebih banyak rezekinya. Dia pun suka pamer pada teman-temannya sesama waria.

“Lihat dong susu gue. Mau tumpah nih..”

Namun melihat banyaknya hasil menyuntik silikon, Sisca kemudian alih profesi. Dia tak lagi nyebong tapi jadi tukang suntik. Ketika masih di Jakarta dia pertama kali menyuntik pingul. “Risikonya kecil. Kalau salah masuk, paling-paling cuma bengkak,” katanya.

Pulang ke Bali dia membuka salon kecantikan di Singaraja, kota kelahirannya. Bermodal didikan maminya ketika di Jakarta serta buku-buku anatomi, dia resmi membuka praktik suntik silikon pada 1999.

Prosesnya tidak terlalu susah. Sebagai persiapan dia memberikan konsultasi pada klien terlebih dulu. Konsultasi tiga kali ini misalnya agar klien tidak begadang serta tidak minum alkohol dan drug. Kalau klien tidak mematuhi aturan ini, Sisca tidak bersedia melayani. “Memang sih duitnya gede, tapi risikonya juga gede,” katanya.

Menurutnya, kalau klien minum alkohol dan atau drug, obat bius yang disuntikkan tidak bereaksi. Risikonya, klien bisa mati karena kesakitan.

Kadang-kadang ada pula klien berbohong. Sisca tahu dari matanya. Kalau tahu dari awal, Siscta tidak mau melanjutkan. Tapi kadang ada pula klien yang bari ketahuan bohong ketika sudah disuntik. Ketika disuntik obat bius ternyata bius itu tidak bereaksi.

“Kamu pakai obat ya. Bangsat kamu ya. Mau jebak aku kamu ya..” kata Sisca ke kliennya. Transaksi pun batal.

Proses setelah konsultasi dan kesepakatan harga adalah penyuntikan. Usai disuntuik, kata Sisca, dada baru itu harus diremas-remas. “Harus cari lekong untuk meremas. Makin keras meremasnya makin bagus. Kalau nggak digituin dadanya jatuh ke perut.”

Sisca mengaku hanya mengandalkan feeling ketika menyuntik. Untuk mencari lokasi yang disuntik, dia menyentil-nyentil dada klien. Kalau dada terlihat putih setelah disentil, berarti bagian itu bisa disuntik. Kalau terlihat merah atau gelap, berarti itu bagian urat. Kalau disuntik pada bagian itu, bisa-bisa kliennya mati.

Selain feeling, Sisca juga menyuntik berdasarkan mood. “Kalau lagi tidak mood, dibayar berapa pun aku nggak mau,” akunya.

Toh, meski dilakukan hanya berdasar feeling dan mood, langganan Sisca cukup banyak. Tempat praktik berkedok salon kecantikan itu bisa mendapat tiga klien per hari. Sisca pun terkenal sebagai salah satu tukang suntik silikon bagus di Bali.

Eta, Vivi, dan Tuti mengakui Sisca sebagai tukang suntik silikon terbaik di Bali.

Praktik suntik silikon Sisca sebenarnya termasuk ilegal. Sebab menurut Undang-undang Kesehatan, dengan alasan apa pun, hanya dokter dan tenaga medis yang boleh menyuntik. Waria, termasuk Sisca, jelas bukan tenaga medis. Toh, Sisca tidak peduli dengan aturan itu. “Yang penting tidak ada klien rugi gara-gara suntikanku,” katanya.

Tapi kini Sisca mengaku berhenti menyuntik silikon ke dada waria. Gara-garanya ada tukang suntik lain, bukan Sisca, yang ditangkap polisi tiga bulan sebelumnya. Ada klien melapor ke polisi karena matanya bengkak setelah disuntik silikon. “Salah sendiri masa silikon untuk pantat disuntik ke mata,” kata Sisca.

Setelah penangkapan tukang suntik silikon itu, Sisca pun jadi salah satu target operasi polisi di Singaraja. Dia pernah dipancing. Ada polisi mau beli silikon darinya dengan harga sangat mahal. Polisi itu mengaku beli untuk istrinya. “Saya tahu dia polisi. Saya bilang, eh, kamu polisi anjing ya. Masa mancing-mancing orang untuk beli silikon,” kata Sisca.

Sejak itu Sisca tak pernah lagi menyuntikkan silikon ke dada waria. Klien terakhirnya adalah Eta.

***

Lampu temaram. Musik berdentam. Malam masih terus berjalan awal Oktober lalu. Sekitar pukul 23.30 di Hulu Bar, Seminyak, Kuta. Di atas panggung, Eta menggoyang tubuh. Bibirnya menirukan suara Anastacia menyanyi lagu Boom. Pengunjung bar menikmati sambil sesekali bertepuk tangan. Persis di depan panggung rendah itu, dua turis laki-laki berciuman.

Inilah pekerjaan Eta saat ini. Dia jadi drag queen, penyanyi lypsinc di bar-bar. Pekerjaan ini yang membuatnya bisa suntik silikon.

Lagu usai. Eta kembali ke belakang. Menaiki tangga ke tempat dia dan enam waria lain berdandan. Penonton bertepuk tangan. Tapi Eta tidak puas. “Lagu pertama bikin bete,” katanya.

Satu jam sebelumnya, Eta menyanyi bertempo lambat If You Go Away. Gerak bibirnya jelas terlihat kalau dia tidak hafal lagu tersebut.

Tak hanya lagu, Eta juga tak puas dengan tubuhnya. “Penampilan fisikku kurang. Terlalu gendut. Dadaku kurang gede. Pengennya dibenerin lagi sampai gede. Pengennya pas pake baju tuh toketnya keliatan. Sampai tumpah..” []

Catatan:
Tulisan ini sebenarnya diusulkan ke Playboy Indonesia. Namun, karena tidak ada jawaban akan dimuat atau tidak, jadi ya posting aja di blog.

1 Comment
  • yoyo
    March 3, 2008

    Aku juga menyuntik silikon 10 tahun lalu di Malaysia. sekarang keras sekali, tidak berani utk have sex, karena waktu terakhir ditanyakan, ” susu balsu ya?”
    Ada tidak cara utk melembutkan susu yg keras ini.
    Saya balik ke salon yg mengoperasikan susuku itu. Di suntik lagi dgn cairan yg katanya bisa melembutkan. tapi sama sekali tidak ada gunanya, malah hanya menhabiskan uang yg lebih banyak lagi.
    Tolonglah bantu saya
    Yoyo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *